Surat untuk Mei

Mas Ben
Chapter #5

Bagian II - I

Musim kemarau telah tiba. Kebun Suktomo, Ayahnya Mei sedang mengalami penurunan hasil panen. Banyak sayur-sayuran yang tidak tumbuh dengan baik. Hama semakin membeludak dan desa sedang terancam kekurangan air. Warno, kepercayaannya Suktomo kewalahan untuk mengatasi semuanya. Begitu dengan sawah dan peternakan.

 Mata pencarian para pekerja yang bakal terancam. Seperti Karjo. Selain menjadi kurir mingguan, dia juga mengaharapkan hasil kerja dari kebun Suktomo. Tidak bakal cukup jika hanya mengahrapkan sebagai kurir pengantar surat dan barang dengan jabatan karyawan tidak tetap.

 Dengan kondisi ibunya yang sedang sakit. Karjo juga harus mengumpulkan biaya untuk berobat dan kehidupan sehari-harinya.

 Ketika tahu ibu Karjo sakit. Mei sering kerumah Karjo untuk melihat dan menjenguknya. Mei memang selalu membantu warga di seklilingnya.

Kedekatan Mei dengan Karjo yang sudah sejak lama itu. Masih saja canggung dan menutupi kejadian masa lalu.

“Sudahlah Mei, kau jangan sering-sering membantuku. Sudah banyak yang kau berikan. Aku sudah banyak hutang pada Ayahmu. Bagaimana aku akan membayarnya.” Pinta Karjo terhadap Mei pada waktu kesempatan Mei sedang kerumah Karjo.

 Mei tidak sama kali keberatan. Dia tidak memperdulikan dan mengaharapkan balasan, karena itu sudah niat yang baiknya. “Kau melarangku untuk berbuat baik pada ibumu. Kenapa harus pikirkan itu. Ini sudah dari niatku untuk membantu.”

Terkadang perbincangan mereka selalu didatangkan rasa kesalnya Mei atas sikap Karjo yang selalu diam pada persoalan tanyanya tentang surat-surat yang lalu.

  Seringnya Mei kerumah Karjo membuatnya tidak sengaja melihat seisi rumah. Hingga pada saat itu pula Mei melihat sebuah meja kecil yang sedang berantakan di sudut ruang tamu yang lacinya terbuka. Tidak sengaja terdapat sebuah surat di dalam bertuliskan untuk Mei. Awalnya tidak mau mengambil barang tanpa seizin. Namun sungguh sanhat penasaran.


Lihat selengkapnya