**
Untuk Karjo..
Alhamdulillah, Aku baik-baik saja. Kamu pasti tau bagaimana rasanya berhari-hari terus berada ruangan ini. Tidak bisa lagi mematik kain, tidak bisa lagi ke pasar dan tidak bisa merasakan indahnya desa.
Mungkin aku tinggal pergi sebentar, sudah berbeda ya ? atau ada yang sedang rindu.
Iya.. adik-adikku, apalagi ayah dan teman-temanku. Mereka pasti merindukan aku.
Terima kasih sudah mengirimkan surat. Tidak apa-apa jika kamu tidak menjenguk ? Aku mengerti kau sedang sibuk.
Apa kau mau pergi naik sepedamu ? atau Pick up ayahku. Nanti ayah pasti bakal marah jika dibawa mobilnya kemari. Bahkan ibu nanti juga bakal heran.
Karjo… terimakasih sekali lagi. Aku akan tetap kuat disini.
**
Dua hari sesudah semuanya kelar. Tepat di hari Rabu, sudah terhitung tujuh hari Mei di rumah sakit. Karjo kembali mengirimkan surat kepada Mei. Menunggu-nunggu Mbok Siti pulang. Namun tidak pulang juga. Malah Karjo bertemu ayahnya. "Karjo, ada apa ? ada masalah dikebun kita."
"Tidak pak. Saya sengaja singgah memperbaiki mobil pengangkut sayur kita ada yang rusak." Ujar Karo beralasan mengeceknya dirumah Suktomo.
"Biarkan saja dulu. Kebetulan saya mau berangkat melihat anak saya. Lebih baik ikut saya pergi, setirkan mobil saya. Soalnya Mulyadi pergi." Pinta Suktomo.
"Siap pak, boleh." Jawab Karjo berkeesempatan untuk bisa berjumpa Mei.