Surat untuk Mei

Mas Ben
Chapter #9

Bagian II - V

Cukup lama Mei dirawat di rumah sakit. Keadaan Mei semakin memburuk. Lain dari penyakit anemia ternyata Mei memiliki sakit jaundice berkepanjangan (gejala penyakit kuning).

Sudah terhitung sepuluh hari Mei kondisi masih berbaring dengan infus tidak bisa apa-apa lagi. Lebih banyak tidur ketimbang membuka matanya untuk sebuah cayaha ruang yang membosankan.

Pada suatu ketika ayahnya tidak sengaja melihat lipatan kertas di bawah bantal. Ibunya tidak mengetahui dan Mbok Siti tidak teringat dengan itu. Ternyata surat dari Karjo. Di bacanya pelan-pelan. Wajahnya sedikit kesal, memang. Tapi dia rasa. Dia tidak perlu marah sekarang. Hingga Mbok Siti menjadi sasaran awalnya untuk ditanyakn surat yang ditemukannya.

Tak kala diusut. Ibu Mei ternyata menyimpan ini semua dari ayahnya. Ibu Mei sudah tau lebih awal, namun belum mau mebahas kepada ayahnya takut tidak terima. Sedangkan Mei sendiri saja tidak atau kalau ibunya ternyata diam-diam memeperhatikan kedekatan Mei dengan Karjo, bahkan dengan Surya. Siapa lagi kalau bukan adiknya Mei yang paling kecil. Sudah sohib sejati ibunya untuk bekerja sama.

Suktomo belum berani menanyakan soal ini kepada Mei. Akhirnya dia pulang ke rumah menjumpai Karjo untuk meminta penjelasan. Sudah pasti perasaan Karjo sudah tidak karuan.

" Karjo..!!" Dipanggilnya dengan nada keras. "Aku tidak mau membawa emosiku lagi. Kamu juga tau, aku sudah tua. Aku takut jantungku kambuh. Jadi coba kau jelaskan dulu surat-surat yang kau berikan kepada anak saya." Pinta Suktomo.

Ketangkap basah sudah. Mau tidak mau Karjo harus jujur. Perbincangan yang paling horor buat Karjo kala itu. Disela perbincangan hapir satu jam itu, Ayah Mei sempat tercetus keberadaannya dia sekarang seperti apa. Hal itulah yang membuat Karjo patah semangat.

"Pak, saya yakin. Harta tidak menjadi tolak ukur di mata Tuhan. Walaupun memang benar kita akan membutuhkannya. Tapi Tuhan selalu mengajarkan. Mudah-mudahn dengan niat terbaik. Apapun keadaannya, Allah akan terus memberikan rezeki tanpa henti." Ujar Karjo.

Lihat selengkapnya