Lengang sekali suasana didalam mobil ini. Tak ada musik mengalun atau obrolan terdengar. Hanya suara kenadaran dari luar yang terdengar samar.
Nala asik memandang ke luar jendela. Tak ada yang spesial di luar sana. Pemandangannya nyaris sama setiap hari. Deretan kendaraan yang berebut jalan sambil sesekali membunyikan klakson jika diserobot. Hanya saja, jika malam gedung-gedung tinggi di kota terasa lebih indah. Banyak lampu yang terpasang hingga menjulang tinggi, seperti hiasan kota.
“Kita langsung pulang aja, ya? Aku capek.”
Nala tak bisa menolak. Ini memang sudah cukup malam. Kencan pertama mereka mutlak dibatalkan.
Sesampainya di rumah. Rangga langsung masuk ke kamar dan membersihkan diri.
Nala hanya duduk di ujung tempat tidur, sedikit bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Melihat barang-barang yang belum tersusun di tas besarnya, ia berniat meletakan itu di meja milik Rangga.
Menatap sejenak barang-barang Rangga yang penuh. Tetap saja ia bingung mau diletakan dimana?
Suara pintu kamar mandi yang terbuka, membangunkan lamunan Nala yang sedang memetakan tata letak barangnya.
“Lagi ngapain?” tanya Rangga dengan rambut setengah basahnya.
“Aku bingung, harus meletakan barang-barangku dimana?” jawab Nala canggung.
Semenjak menikah dengan Rangga dua hari yang lalu, baru kali ini Nala melihat Rangga dengan penampilan rumahannya. Kaos oblong dan celana selutut.
Rangga terlihat ikut berpikir.
“Besok saja. Mungkin aku harus membuat ruang kerja sendiri.”
Rangga duduk di tempat tidurnya. Menatap Nala yang mematung, bingung.
“Aku … aku juga harus bersih-bersih,” ucap Nala bergegas masuk ke kamar mandi.
Baru selangkah ia masuk, Nala harus kembali keluar. Lupa membawa baju ganti.
Hati Nala berdebar hebat. Bahkan aneh rasanya, ia harus mandi saat ada Rangga disini. Perlahan, ia membuka jilbabnya. Menatap wajahnya di cermin. Rambut panjang yang terikat, ia lepaskan.
Nala berpikir, apa dia harus keluar tanpa jilbabnya?
Beberapa menit di dalam kamar mandi, Nala keluar dengan piyama dan jilbab instan.
Alisnya berkerut saat melihat Rangga menggelar karpet dan bed cover di lantai.
“Eh?”