Surat Yang Tak Terbalas

Lail Arrubiya
Chapter #28

Orang Dari Masa Lalu

Saat itu, Marcel tahu keluarga Nala datang. Tapi ayahnya sengaja mengurung Marcel di kamar belakang. Berusaha keluar dengan mendobrak pintu, namun nihil. Pintu rumahnya kokoh. Jendela pun di lapisi besi teralis. Sampai keluarga Nala pergi, Marcel tak bisa menemuinya.

Setelah itu, Marcel dikirim sekolah ke Swis. Orang tuanya berusaha memutus komunikasi Marcel dengan Nala. Tanpa di minta pun, keluarga Nala terlanjur marah. Terlanjur benci pada Marcel.

Setahun di Swis, Marcel berusaha mencari tahu tentang Nala. Tapi memang Nala sudah menutup diri dari semua teman-teman sekolahnya. Saat libur panjang, Marcel diam-diam mencari Nala ke alamat rumahnya. Namun, Nala sudah tidak tinggal disana. Sejak saat itu, Marcel benar-benar kehilangan kontak tentang Nala.

Tahun-tahun kuliah ia lewati bermodal paksaan. Seperti yang ia bilang pada Nala, ayahnya selalu menentukan jalan hidup Marcel. Meski bertahun-tahun tak bertemu Nala, senyum gadis itu terukir jelas di benak Marcel. Berharap Tuhan mengizinkan ia bertemu dengan Nala lagi, untuk meminta maaf dan menjelaskan keadaan sebenarnya setelah perpisahan mereka.

Harapan dan gambar senyuman Nala adalah satu-satunya penyemangat belajar Marcel hingga lulus kuliah.

 Dan doa Marcel terkabul. Saat ia dan keluarganya berkunjung ke rumah orang tua Jessy. Berbincang-bincang tentang pekerjaan dan akhirnya terciptalah usulan ayah Jessy untuk menggunakan jasa Marcel untuk merenovasi bangunan untuk cabang toko roti Jessy.

Jessy dan Marcel memang jarang bertemu, karena mereka tinggal di kota yang berbeda. Tapi keduanya cukup akrab jika bertemu.

Sayangnya, ada luka yang teramat menyakitkan yang tak bisa dengan mudah dimaafkan oleh Nala. Luka yang menghancur leburkan hidupnya. Membuatnya ada di titik terendah.

Jangankan untuk bicara, hanya sekedar saling tatap saja Marcel sudah tahu ada kemarahan di mata Nala. Hatinya memberontak ingin tetap bicara dengan Nala, meski Jessy telah memperingatinya untuk tidak menemui Nala lagi. Mungkin dengan tidak bertemu lagi, lukanya tidak akan terungkit lagi.

Tapi bagi Marcel Nala adalah Nala. Gadis yang dulu dan sampai detik ini masih ia cintai. Pesonanya tak hilang, justru semakin indah dengan penampilan barunya.

Marcel masih mencintai Nala. Ia ingin menebus rasa bersalahnya terhadap Nala.

***

“Nala … aku ga pernah berniat pergi dari kamu. Seperti yang aku bilang, aku ga mau jauh dari kamu. Ayahku yang memaksa aku kuliah di luar negeri. Aku berusaha mencari kontak kamu, aku ke rumah kamu yang dulu saat liburan. Aku udah banyak tanya soal kamu ke teman-teman. Tapi ga ada yang tau soal kamu.”

Nala masih berusaha mengatur nafasnya yang terasa berat.

“Maaf, Nala. Aku sudah berbuat bodoh, menghancurkan hidup kamu. Makanya aku mencari kamu. Aku mau memperbaiki semuanya. Sekarang pun sama, aku mau memperbaiki hubungan kita. Aku masih Marcel yang dulu, Nala. Marcel yang sangat menyukai kamu.”

Marcel maju selangkah dari tempatnya berdiri.

“Jangan mendekat!” tegas Nala seraya mundur satu langkah.

“Nala … “ ucap Marcel lirih, memelas. Memaksa melangkah lagi.

“Jangan mendekat! Aku bilang jangan mendekat!!!”

Nala mulai panik. Tangisnya mulai terdengar. Dadanya masih sesak menatap Marcel dengan mata penuh kebencian.

Beberapa orang mulai memperhatikan keduanya. Tapi mereka tak ingin ikut campur. Mereka kira itu wajar, pasangan yang bertengkar.

“Pergi! Aku ga mau lihat kamu lagi!!!”

Teriakan Nala membuat Rangga yang sejak tadi memperhatikan dan berniat acuh, turun dari mobil dan menghampiri Nala.

“Nala,”seru Rangga menggenggam tangan Nala.

“Mas, bawa aku pergi dari sini!” Nala berseru cemas.

Rangga menatap Marcel dengan tatapan datar. Sementara Marcel bingung, tiba-tiba ada seorang pria menggenggam tangan Nala dan mengajaknya pergi.

Lihat selengkapnya