Kedatangan Nala dan Rangga beserta barang bawaan Nala sedikit mengejutkan buat keluaraga Nala. Meski, Ikram sudah menjelaskan lebih awal keadaan rumah tangga Nala dan Rangga. Kedua orang tuanya seakan tak percaya putrinya akan berpisah setelah hanya menikmati rumah tangga selama enam bulan.
Nala berhambur dalam pelukan Ibunya, berusaha menahan sendu yang siap meledak. Kemudian bergantian memeluk Ayahnya. Mati-matian Nala menahan sendu di dadanya, sang ayah justru menangis saat putrinya menjatuhkan pelukan padanya. Ia tergugu memeluk Nala.
Putri yang sangat dicintai, harus kembali menelan rasa sakit karena seorang pria. Sejak awal pernikahan, ayah Nala memang sedikit khawatir dengan perjodohan mereka.
“Maafkan saya, Pak, Bu,” ucap Rangga saat semuanya duduk di ruang tengah.
Setelah semua sendu terucap tanpa kata, hanya lewat air mata.
“Saya … tidak bisa menjaga Nala sesuai amanat Bapak dan Ibu. Saya … mau menyerahkan Nala kembali pada Ibu dan Bapak, demi kebaikan Nala juga.”
Saat ini bukan hanya hati Nala yang terluka. Orang tua dan kakaknya lebih terluka saat Rangga mengucapkan itu.
Air mata Pak Thohir kembali menetes, meski berulang kali menyekanya.
Jatuh talak satu dari Rangga untuk Nala.
Mereka resmi berpisah secara agama dan Rangga akan segera mengurus perceraian secara negara.
Berpisah.
Kini Nala dan Rangga adalah orang lain. Tak ada ikatan antara keduanya. Namun rasa dalam hati masih ada. Dan mau tidak mau, keduanya harus belajar menetralkan perasaan setelah ini.
Malam pertama setelah perpisahan, air mata menghiasi malam Nala. Bahkan nyaris menjelang fajar, wajah Nala masih basah. Meski tak ada yang membicarakan perpisahan ini di rumah. Mereka tahu, Nala butuh waktu.
Rangga tak jauh berbeda. Kantuk tak mampu menyerangnya. Ia terjaga sepanjang malam. Hanya memutar memori indah bersama sang ibu, mengingat-ingat senyum manis Ibunya hingga akhir hayat yang menyedihkan menurut Rangga. Air matanya jatuh jika mengingat akhir kisahnya bersama sang Ibu.
“Bu, aku harap Ibu tenang sekarang. Nala sudah aku lepas. Dia akan bahagia tanpa aku. Dia akan dicintai lelaki yang hanya menjadikan Nala sebagai satu-satunya cinta di hatinya.”
Wajah Nala sempurna tercipta dalam benak Rangga. Wajah manis dengan senyuman yang tak kalah manis. Bahkan aroma body lotion Nala terekam jelas dalam ingatannya.
Kabar perpisahan Rangga dan Nala tak bisa di sembunyikan. Dan memang tak berniat mereka sembunyikan.
Keluarga Nala tak pernah menyinggung soal inti masalah perpisahan keduanya. Membiarkan Nala yang bicara jika dia ingin. Tapi, tak bisa dipungkiri, ada kekhawatiran dalam diri orang tuanya, mengingat Nala pernah mengalami masa pahit ini, dulu.
Tapi Nala, memperlihatkan perbedaan itu. Perbedaan dirinya yang dulu dan sekarang. Nala berdiri tegar menghadapi masa pahitnya. Tetap memberi senyum meski belum selebar biasanya.
Beberapa bulan berlalu, Nala nyaris beraktifitas normal seperti semula. Orang-orang yang menyanyanginya ikut tersenyum melihat Nala yang tak terpuruk dalam waktu yang lama.