Kenapa segalanya yang asing di dunia ini terkesan sangat menakutkan? Orang yang tidak pernah dikenali, jalan yang tidak pernah dilewati, tempat yang tidak pernah dikunjungi–semuanya seakan memiliki sesuatu yang mampu menangkap siapapun agar terperangkap di dalamnya, selamanya.
▬▬▬
Pada suatu pagi, sepasang kaki adikku tidak bisa digerakkan. Ini masih hari pertama. Hari berikutnya, adikku tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya. Bahkan untuk menolehkan kepala pun dia kesulitan. Ibu pontang-panting mencari bantuan ke orang pintar. Adikku yang tidak berdaya, digendong di punggung ibu yang tak kenal lelah. Saat itu aku menyadari bahwa itu adalah punggung paling kuat di bumi.
Tubuh adikku semakin kurus. Sempat ada perdebatan antara dibawa ke rumah sakit atau melakukan pengobatan di rumah saja. Ibu tidak mampu lagi menahan tangis di hadapan banyak orang. Waktu itu adikku mulai kesakitan setiap disentuh. Dukun pijat pun tidak lagi berarti. Kerabat mulai berdatangan. Tangis semakin ramai. Akhirnya timbul kesepakatan untuk membawa adikku ke rumah sakit. Saat berangkat ke rumah sakit, sesuatu mengikuti.
Dengan begitu kisah ini dimulai. Kehidupan Zidni di rumah sakit selama sebelas hari. Setiap ia terlelap di malam hari, dia akan gelisah dan merasa kesakitan tanpa sebab yang jelas. Aku berpikir: Bukankah setiap tempat di dalam tidur adalah mimpi? Sampai sekarang aku penasaran: Kira-kira tempat seperti apa yang membuat adikku terperangkap di dalam mimpi setiap malam? Dan di mimpi itu, kira-kira siapa yang tega menyakiti adikku yang masih berusia delapan tahun?
Dunia ini kompleks dan tidak ada yang bisa menebak keseluruhan isinya. Aku yakin di luar sana pasti ada sebuah tempat yang tak terjamah manusia. Namun, percayakah jika ada dunia selain dunia yang kita tempati sekarang? Dunia yang sering dianggap tidak masuk akal. Dunia yang sering dinilai aneh dan tidak seharusnya dipercaya. Saat Zidni sakit dan sering tersiksa dalam mimpinya, aku selalu berharap akan ada seseorang yang melukis mimpinya menjadi indah dan menyelamatkan Zidni dari kesakitan bagaimanapun caranya. Waktu itu ada seruan dalam hati yang setiap hari ada di atas ketidakberdayaan.
“Siapapun, tolong selamatkan Zidni.”
▬▬▬
10 NOVEMBER 2016
Malam pertama Zidni di rumah sakit terasa kelabu. Sepi yang mencekam seakan memberitahu bahwa setelah ini akan ada sedih berkepanjangan. Lobi sepi karena sudah malam. Lampu remang-remang karena tidak semua dihidupkan. Beberapa lampu mungkin sengaja dimatikan karena sudah mendekati tengah malam dan jam kunjungan sudah berakhir. Zidni ditemani ibu di IGD sedangkan ayah membawakan barang-barang untuk keperluan selama opname.
Zidni dibawa ke bangsal kelas dua yang per ruangnya berisi tiga tempat tidur pasien. Untuk sekarang Zidni menjadi satu-satunya yang mengisi ruang itu. Bangsal yang ia tempati berada di dekat lobi lift. Sedangkan tempat tidur yang ia tempati berada di dekat kamar mandi–tempat tidur paling gelap saat siang jika tirai bangsal tidak dibuka.
Dalam keheningan, sang ibu memasukkan barang bawaan ke dalam lemari nakas. Di wajahnya masih ada sisa-sisa air mata yang menjadi saksi kekhawatiran terhadap anak bungsunya. Malam ini ibu akan menemani putra satu-satunya di ruang asing itu. Dia sudah bertekad. Dia telah sangat siap menemani putranya berjuang mencapai kesembuhan sesulit apapun jalannya.
▬▬▬
11 NOVEMBER 2016
Seorang musisi pernah berkata melalui lirik lagunya: Dunia menahan napas sesaat pada tengah malam saat hari berganti. Setelah berganti hari, kita akan menemukan bahagia lagi. Hari menyedihkan yang menyebabkan sesak hingga tengah malam, benarkah bisa berakhir begitu saja? Nyatanya, sakit yang mengguncang tangis pada hari ini masih akan ada hingga esok hari. Mungkin benar apa kata orang: Kita tidak boleh berharap kepada waktu. Namun, bukankah hari berikutnya akan selalu menjadi kesempatan baru? Setiap kesempatan yang akan membuahkan pekembangan dari hari ke hari. Tampaknya siapapun butuh melewati banyak tengah malam agar bisa kembali mencapai titik ‘baik-baik saja’.
Terkadang aku bersembunyi di bawah meja kamar karena takut akan dunia. Semenakutkan apa duniaku sampai aku setakut itu? Aku tidak lagi mengukurnya setelah aku memikirkan semenakutkan apa dunia Zidni di usianya yang masih delapan tahun. Mimpi menakutkan pertama yang dia alami adalah pada pergantian hari antara tanggal 10 dan 11 November 2016. Saat semua orang tertidur dengan damai, Zidni gelisah dalam tidurnya. Sepasang mata yang tertutup tampak mengerjap berusaha untuk membuka. Ini masih tampak seperti mimpi buruk biasa. Zidni berhasil membuka mata. Napasnya memburu saat terjaga.
Terbangun di tengah malam adalah salah satu bagian terburuk saat menginap di rumah sakit. Zidni melirik ibunya yang tidur sendirian di lantai beralaskan karpet sederhana. Dia tidak tahu ini pukul berapa karena jam dinding ada di luar tirai tempat tidurnya. Dia kemudian mendengar suara pintu yang terbuka dilanjutkan suara langkah kaki. Perawat? Memangnya di jam ini sudah mulai pengobatan? Zidni melihat bayangan seseorang melalui tirai–tampak semakin dekat seiring suara langkah kaki yang semakin terdengar. Kemudian ia mendengar suara tempat tidur berdecit. Dia sangat yakin bahwa saat ini ada seseorang di tempat tidur sebelah.
Seingat Zidni, bangsal yang ia tempati sekarang hanya ada satu pasien. Sangat yakin bahwa tidak ada pasien lain selain dirinya–kecuali ada pasien baru yang datang saat dirinya tertidur sehingga dia tidak menyadarinya. Namun, jika memang benar begitu, kenapa sunyi sekali? Setelah bertemu sesuatu yang menyeramkan di mimpi buruknya, Zidni sangat berharap bahwa seseorang di tempat tidur sebelah adalah manusia.
“Manusia?”