Surealis Bawah Sadar

Lukita Lova
Chapter #8

Lelaki di Tangga Darurat

Adakah yang punya kuasa menjelajah seluruh semesta? Kecuali kematian, apa yang dapat menghubungkan antar dunia?


▬▬▬

Sebuah lukisan mampu memunculkan arti berbeda bagi penikmatnya seolah-olah mereka sedang menebak sudut pandang senimannya. Sebuah tulisan yang berasal dari pemikiran penulis pun mampu mengubah sudut pandang para pembaca. Alunan musik sedih bisa menyentuh hati seseorang meskipun tanpa lirik. Semua itu adalah beberapa bagian menarik dari cara semesta bekerja.

Untuk anak berusia delapan tahun seperti Zidni, dia masih sulit mencerna segala hal yang sarat sastra. Namun, Navin menyampaikan apa yang ingin disampaikan dengan sesederhana mungkin termasuk mimpi-mimpi. Jika Zidni tidak mengerti, maka tak apa. Pemikiran seorang anak memang perlu bertumbuh sampai dewasa sehingga pada akhirnya akan mampu memahami tentang apa yang pernah dilalui selama hidup.

▬▬▬

Malam itu Navin mulai bercerita, “Ada seorang lelaki yang tak terlihat sepertiku. Dia tinggal di tangga darurat di suatu gedung. Setiap ada manusia yang lewat, dia akan mengamatinya.”

“Siapa?” tanya Zidni.

“Ya?” Navin balas bertanya.

“Lelaki yang tak terlihat sepertimu. Siapa namanya?” ulang Zidni.

Navin berpikir, “Em ... sebut saja namanya ... Antonio? Amarilis? Rendi? Dalton? Vlarin? Bambang? Alfonso? Koala? Ronald? Victor?” Agar tidak terjebak di pikirannya sendiri seperti biasanya, Navin memutuskan namanya sendiri. “Vlarin saja!” cetusnya. “Namanya Vlarin, laki-laki tak terlihat di tangga darurat.”

Zidni bertanya lagi, “Apa itu tangga darurat?”

“Em ... kamu tahu? Pada sebuah bangunan tinggi, biasanya ada tangga darurat yang digunakan untuk akses evakuasi orang-orang saat terjadi situasi berbahaya seperti kebakaran, gempa bumi atau bencana lain.”

“Evakuasi itu apa?”

“Evakuasi adalah pemindahan orang-orang ke tempat aman. Misalnya begini–tapi semoga saja tidak pernah terjadi di sini. Misalnya … ingat! Ini hanya misalnya. Misalnya terjadi gempa bumi di kota ini, maka petugas rumah sakit akan mengarahkan orang-orang termasuk pasien untuk keluar dari gedung ini menuju ke tempat aman. Tidak boleh pakai lift karena terlalu berisiko. Jadi, mereka harus keluar gedung lewat jalur evakuasi yang salah satunya adalah tangga darurat.”

“Kenapa tidak boleh pakai lift? Padahal pakai lift bisa lebih cepat sampai ke bawah.”

“Karena kalau lift rusak, kamu justru akan terjebak di dalam dan tidak bisa keluar. Itu jauh lebih berbahaya.”

“Oh,” Zidni mengangguk mengerti. “Apa bedanya tangga darurat dengan tangga biasa?”

“Agar memudahkan pengguna, tangga darurat selalu berada di posisi yang sama di setiap lantai dari lantai satu sampai lantai paling atas dan selalu dekat dengan pintu keluar di lantai satu maupun paling atas–misalnya kalau tangganya sampai ke atap yang bisa digunakan untuk pendaratan helikopter,” jelas Navin kemudian memperhatikan ekspresi Zidni yang masih bingung. Navin mencoba menjelaskan lagi, “Begini, saat kamu melewati tangga darurat dari lantai satu ke lantai dua, maka di atasnya ada tangga lagi yang menghubungkan lantai dua ke lantai tiga.”

“Oh,” Zidni tampaknya telah mengerti, tapi rasa penasarannya kembali bertanya. “Tapi kenapa tadi ada helikopter?”

“Karena …” Navin menjelaskan dengan penuh kesabaran, “Jika itu adalah bencana kebakaran dan gedung sudah dipenuhi api sampai menutup jalan keluar, maka atap adalah satu-satunya jalan keluar. Dari sana nanti akan datang bantuan dengan helikopter.”

“Lalu diajak terbang?”

“Ya!”

“Keren!”

Navin meringis sebentar. “Mungkin memang keren karena helikopter sudah seperti bintang tamu spesial setiap muncul di film. Tapi percayalah, Zid. Jika itu benar-benar terjadi, itu lebih terasa menakutkan daripada keren. Tapi tetap saja tidak ada salahnya merasa keren di situasi yang genting, kan? Misalnya … apa ya?” Navin berpikir sebentar, “Aha! Misalnya kamu bertemu harimau yang nyaris menerkammu, tapi kamu justru takjub karena itu pertama kalinya kamu melihat harimau dari jarak dekat.”

Zidni tiba-tiba berseru tidak terima, “Tidak keren! Itu menakutkan!”

“Oke. Sekarang kamu mengerti, kan?” tanya Navin.

“Apanya?”

Navin menarik napas dalam-dalam. “Tadi aku ingin bercerita apa, ya?” tanyanya seraya memijat keningnya lagi.

“Katanya mau cerita soal orang yang tinggal di tangga darurat,” kata Zidni.

“Ah, benar. Lelaki yang tinggal di tangga darurat. Itu adalah jenis tangga darurat yang punya ruang. Maksudnya, itu tangga darurat tertutup. Sebut saja ruang tangga karena ada pintu yang menghubungkannya ke ruang lain.”

“Dia tinggal di tangga darurat di gedung mana?”

“Soal itu aku lupa.”

Lihat selengkapnya