Kehidupan paling kesepian adalah saat merasa hidup di antara banyaknya orang mati yang berlalu-lalang.
▬▬▬
Mempertahankan agar tetap bersama bukanlah hal yang mudah. Pertemuan adalah awal mula menuju perpisahan dan perpisahan selalu ada atas pertemuan. Pertemuan dan perpisahan tercepat adalah saat berpapasan dengan seseorang maupun sesuatu. Hanya saja pada saat itu tidak ada ikatan yang terbangun. Tentu saja tidak masalah jika orang lain memiliki pandangan berbeda tentang ini.
Menjadi berbeda tidak salah. Memiliki sudut pandang berbeda juga bukan berarti salah. Tidak perlu lengah atas penghakiman masyarakat–karena mereka juga perlu menilai untuk mengetahui mana yang benar. Sayangnya, sebagian dari mereka hanya bisa menyerap tanpa berani menilai. Mana yang dirasa lebih kuat, maka di sanalah mereka akan berpihak.
Ada milyaran manusia yang hidup di bumi. Saat merasa hidup ini gelap, aku percaya aku bukan satu-satunya yang berbeda. Di luar sana pasti ada cahaya dan sekarang aku sudah menemukan beberapa. Untuk bisa menjadi cahaya di kehidupan orang lain terkadang sangat teramat mudah. Hanya perlu bertanya ‘apakah kamu baik-baik saja?’ lalu memberinya pelukan hangat.
▬▬▬
“Kalau Kak Navin dan Kak Lima punya dinding, Vlarin dan Pak Tua punya dinding, apakah aku dan Kak Navin punya dinding juga?”
Pertanyaan Zidni masih terngiang di telinga Navin. Pertanyaan tersebut bukanlah pertanyaan yang tanpa jawaban. Belum ada jawaban karena Navin masih menyimpannya. Zidni masih terlalu muda untuk mempelajari tentang kehilangan, bukan?
Malam itu Navin berkeliling rumah sakit untuk mencari sosok wanita bergaun merah. Dia harap bisa menemukannya sebelum Zidni terlelap. Karena apabila dugaannya benar, maka dia yang akan mengamankan Zidni lebih dulu sebelum wanita itu mendapatkannya.
Saat melewati koridor, Navin melihat bayangan hitam melesat menuruni tangga. Navin sigap mengejar. Karena bayangan itu terlalu cepat, Navin meluncur dengan kaki melewaTi railing tangga. Navin mengeluarkan rantai dari saku pakaiannya lalu ia lempar salah satu ujungnya ke bayangan itu sehingga berhasil menjerat bayangan itu. Namun, karena bayangan itu terlalu cepat dan kuat, Navin justru ikut terseret. Navin ikut melesat di langit-langit bahkan menerobos dan menghancurkannya. Beberapa petugas rumah sakit yang menyaksikan pecahnya langit-langit pun buru-buru lari ketakutan.
Meskipun jeratan rantainya sedikit membuat onar, setidaknya dengan begitu Navin tidak akan kehilangan makhluk itu. Navin terseret sampai melewati ruang IGD sampai ke halaman samping. Navin menggenggam rantainya erat-erat bahkan mengaitkannya berkali-kali di tangannya. Dia tidak akan melepaskannya sampai dia mendapatkan target. Navin menarik rantainya sekuat tenaga sampai dia akhirnya berhasil mencapai bayangan itu dan mereka berakhir jatuh berguling di halaman belakang rumah sakit.
Bayangan itu bersembunyi di belakang mobil ambulan yang terparkir. Sosoknya nyaris tidak terlihat karena ruang itu sangat gelap. Navin terus menahan rantainya karena sisi lainnya terus menarik dengan kuat. Navin menahan lebih kuat sehingga sosok itu tidak mampu kabur lagi.
Navin melangkah mendekat untuk bertanya. “Kamu lari setelah melihatku, Pubu?”
Sosok itu menjawab dengan suara dalam yang gemetaran, “A … ru … ya.”
Navin tersenyum menyeringai, “Jadi kamu sudah tahu? Kemarin kamu menantangku dengan darah karena belum tahu siapa aku?”
Salah satu tangan hitam mengkerut berkuku panjang terulur keluar dari kegelapan dan menunjuk Navin. “Nek gak nggawa bocah kae … deke kudu nggawa … larane …”[1]
“Karena itu kamu menahan kaki Zidni dengan batu? Sayangnya sakitnya tidak berlaku di dunia ini. Energimu terlalu lemah untuk bisa mengalahkan realita! Nyatanya saat ini kamu hanya bisa bersembunyi dan kabur seperti pecundang. Makhluk sepertimu menjijikkan! Aku selalu benci segalanya yang berani membunuh manusia tak bersalah. Mungkin sudah saatnya aku tidak terlalu baik padamu,” ancam Navin.
Tiba-tiba sosok itu berteriak sangat lantang dan meronta sehingga mobil ambulan bergoyang. Sosok itu akan bersusah payah mundur setiap Navin melangkah mendekat. Navin berhasil membuatnya ketakutan. Sosok itu meronta tanpa henti sampai Navin kewalahan menahan rantai. Sampai pada akhirnya rantainya putus dan sosok itu terpental kemana-mana bahkan ke mobil-mobil yang terparkir dan membuat alarm-alarmnya berbunyi.
“Sial!” desis Navin setelah menyadari sosok itu menghilang setelah menimbulkan kekacauan.
Navin melihat satpam dan beberapa karyawan rumah sakit berdatangan dan tampak heran mencari penyebab masalah. Navin yang biasanya akan menyelesaikan masalah yang dibuatnya, saat itu lebih memilih untuk menemui Zidni. Navin punya ide. Dia telah menemukan cara. Dia harus mendapatkan Zidni lebih dulu sebelum entitas jahat membawanya ke dunia kegelapan. Agar Zidni tetap bisa tertidur tanpa diganggu, maka Navin akan memakai cara yang sama yaitu: membawa Zidni ke dunianya.