Surealis Bawah Sadar

Lukita Lova
Chapter #19

HARI KESEMBILAN : Saksi Tengah Malam

 Sang waktu memberitahu, tapi sebagian besar memilih untuk tidak mau tahu. Sang Pengganti Hari yang diabaikan saat berpapasan dengannya di perjalanan tengah malam.

▬▬▬


Insomnia adalah surat undangan untuk bertemu tengah malam. ‘Ayo kabur bersama’ adalah kalimat yang aku harapkan dari tengah malam lalu bersama-sama kami akan terbang keluar jendela. Aku pernah membayangkan bahwa wujud tengah malam adalah naga putih besar dengan surai tebal lembut yang berkibar tertiup angin. Sosok besarnya terbang di luar rumahku dan mengetuk jendela kamarku. Itulah awal mula kami bersama.


▬▬▬


19 NOVEMBER 2016

Tengah malam lewat beberapa detik, Navin berseru laksana berteriak kepada langit malam berbintang, “SELAMAT TINGGAL, JUMAT! SELAMAT DATANG, SABTU!”

Zidni tertawa kecil, “Kenapa berteriak? Memangnya siapa yang akan mendengarmu?”

“Kamu,” jawab Navin. “Memang manusia tidak bisa mendengarku. Karena itulah aku terbiasa bicara sendiri di dunia ini. Makanya justru aneh saat tiba-tiba aku punya lawan bicara.”

“Seperti malam itu? Saat Kak Navin bicara soal sifat manusia di samping tempat tidurku? Waktu itu Kak Navin bohong dan bilang kalau kakak juga pasien.”

Navin terkekeh. “Kalau di ingat-ingat, bukankah waktu itu kamu juga bermimpi? Aku ingat kamu bilang kalau di dalam mimpi kamu bertemu wanita yang matanya nyaris meloncat keluar.”

Zidni mengangguk. “Aku memimpikan hantu wanita yang sama. Yang Kak Navin namai Pubu.”

Navin mengangguk mengerti. “Pubu penyebab sakitmu, kan? Boleh ceritakan bagaimana awal mula tubuhmu lumpuh?”

“Aku lumpuh begitu saja. Bangun tidur aku tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhku. Pertama hanya kaki, beberapa hari kemudian seluruh tubuhku tidak bisa bergerak.”

“Kamu tahu apa penyebabnya?”

“Banyak orang-orang yang tanya soal itu, tapi bukan aku yang jawab. Aku tidak paham. Biasanya ibu atau Kak Lima atau ayah yang jawab kalau ada yang tanya. Dokter sudah memberitahu, tapi aku lupa karena nama penyakitnya susah diingat.”

Navin mengangguk mengerti. “Oke. Zid, aku pernah bilang kalau begadang itu kurang baik, kan? Setelah kesakitan semalam, aku yakin kalau sekarang kamu takut bemimpi.”

Zidni mengangguk murung.

“Kalau begitu tidurlah!” pinta Navin. “Aku jamin kamu aman malam ini. Kabut yang aku sebarkan ke seluruh rumah sakit juga berdampak ke Pubu. Sekarang dia juga sedang tidur.”

“Benarkah? Hantu juga bisa tidur?”

“Sebenarnya bukan tidur secara harfiah. Aku hanya melumpuhkan energinya.”

Zidni mengakui bahwa dirinya belum bisa tidur. Navin pun memberinya waktu dan mencoba membuat Zidni mengantuk dengan menghitung bintang. Namun semua itu berakhir saat Zidni menanyakan nama-nama bintang.

“Bintang itu namanya apa?”

Navin menjawab sekenanya, “Abawibava.”

Zidni menatapnya tidak percaya. “Memangnya ada nama bintang seperti itu?”

Lihat selengkapnya