Surealis Bawah Sadar

Lukita Lova
Chapter #22

HARI KESEBELAS : Janji Temu

Januari hingga Desember, senin hingga sabtu, satu hingga dua puluh empat. Di dunia ini terdapat barisan kesempatan. Tidak akan pernah ada perpisahan kecuali barisan kesempatanmu habis.

▬▬▬


Dari sejuta kesalahpahaman di dunia, mungkin hanya beberapa ribu yang akhirnya disadari. Berapa banyak kiranya kesalahpahaman yang ditinggalkan karena tidak diberi kesempatan untuk menjadi lebih jelas? Ada dua dampak trauma tidak diberi kesempatan. Pertama, sengaja membalas dendam dengan tidak memberi kesempatan kepada siapapun. Kedua, memberi kesempatan kepada siapapun karena tahu rasanya tidak diberi kesempatan.

Ada harapan tak terkatakan dari Zidni yang dapat Navin pahami. Zidni tidak ingin berpisah dengannya. Meskipun mustahil untuk terus bersama karena berbeda dunia, Zidni selalu berharap bahwa mereka bisa bertemu lagi. Navin merasa jahat jika tidak mengabulkan harapan anak itu. Jadi, sebisa mungkin Navin menentukan waktu kapan mereka akan bertemu lagi. Meskipun akan memakan waktu, tapi keduanya berani berjanji.


▬▬▬


21 NOVEMBER 2016

Setelah aktivitas rumah semalam yang dinyatakan sukses dalam mengusir tamu tak diundang, orang tua Zidni meminta izin dokter untuk memulangkan Zidni. Setelah beberapa pertimbangan, permintaan tersebut disetujui. Namun, pemulihan Zidni yang mungkin akan cukup memakan waktu tetap butuh penanganan dari rumah sakit. Jadi, setiap sebulan sekali, Zidni diminta datang ke rumah sakit untuk melakukan kontrol kesehatan dan fisioterapi. Karena ada beberapa berkas yang harus disiapkan, kemungkinan Zidni diperbolehkan pulang pada sore di hari itu.

Pada jam besuk pertama, Navin belum menemui Zidni lagi sejak pagi. Dia tahu anak itu mungkin sudah menunggu, tapi Navin masih dalam pertimbangan antara menemuinya pada pagi atau sore nanti. Navin menghabiskan waktu di lift karena bimbang. Dia berdiri di dekat tombol lift dan akan membuat lift bergerak setiap waktu. Dia merasa sangat merdeka saat lift kosong tak terpakai.

Navin hanya menekan tombol lantai satu dan lantai tiga sekadar agar liftnya bergerak. Saat pintu lift terbuka di lantai tiga, lantai dimana bangsal Zidni berada, dia akan mengamati luar selama pintu terbuka. Setelah pintu otomatis menutup, lift pun bergerak lagi ke lantai lain. Tampaknya sebentar lagi akan ada penumpang lain. Lift bergerak menuju lantai satu lalu ke lantai tiga lagi membawa beberapa manusia. Di lantai tiga setelah pintu terbuka, Navin melihat keluar dan mendapati seorang lelaki yang tak asing di matanya, lelaki indigo yang semalam bertemu dengannya di rumah Zidni. Lelaki itu berdiri di depan pintu bangsal Zidni menghadap ke lift. Navin mengabaikannya sampai pintu lift menutup lagi.

Lima keluar dari ruang rawat adiknya dan melihat lelaki indigo kerabatnya yang tengah menuju lift. “Kak Radin!” panggilnya seraya berlari kecil mendekati. “Sedang apa?” tanyanya setelah tiba di lobi lift bersama lelaki itu.

Lelaki bernama Radin itu menjawab, “Aku mau bilang terima kasih.”

“Ke siapa?” tanya Lima lagi.

Radin menunjuk lift. Lima heran menatap lift seraya mengerutkan kening. Setelah pintu terbuka dalam keadaan kosong, Lima semakin bingung. Kebingungan semakin bertambah saat Radin benar-benar mengucapkan terima kasih.

“Terima kasih banyak,” kata Radin. “Maaf atas sikap saya kemarin. Terima kasih banyak sudah membantu menyelamatkan Zidni.”

“Menyelamatkan Zidni?” tanya Lima kepada Radin.

Radin berbisik pelan kepada Lima, “Kamu cepat ucapkan terima kasih juga!”

“Ke siapa?” tanya Lima yang masih tak mengerti.

Radin kembali menunjuk lift dengan dagunya. “Dia yang semalam datang ke rumahmu untuk menyelamatkan Zidni,” katanya.

Lima tidak habis pikir. “Gimana caranya lift bisa datang ke rumah?” tanyanya yang lagi-lagi tidak diberi jawaban. “Oke deh. Kalau dia yang sudah bantu Zidni, berarti aku juga ngerasa berterima kasih banget sama dia. Terima kasih banyak ya, Lift?”

Kepada Navin yang masih menahan pintu agar tetap terbuka, Radin kembali berucap, “Terima kasih banyak.”

Lima mengikuti, “Terima kasih! Terima kasih!”

Merasa cukup, Navin lalu membiarkan pintu lift menutup. Namun, hal itu membuat Radin berterima kasih semakin lantang.

Lihat selengkapnya