Tidak ada yang salah dengan membatasi diri. Ayo menghilang sebentar. Dan bangkit lagi dengan kekuatan baru.
▬▬▬
Manusia bisa menduga banyak hal, tapi tidak bisa mengatur yang akan terjadi. Bisa berencana, tapi seringkali kenyataan berjalan dengan caranya sendiri. Manusia hanya mampu menyesuaikan. Apabila takdir berkehendak lain, manusia dipaksa untuk menerima.
Penantian Zidni selama setahun lebih hanya terbalaskan dengan pertemuan yang teramat singkat. Pertemuan yang sesingkat melewati tangga darurat. Sesingkat transit. Sesingkat mimpi yang diingat.
▬▬▬
28 DESEMBER 2018
Setelah memakan waktu sekitar setahun lebih, kemampuan motorik Zidni akhirnya kembali. Meskipun belum begitu sempurna, Zidni sudah bisa berjalan dengan kakinya sendiri. Dia sudah bisa pergi bermain bersama teman-temannya lagi. Waktu itu Zidni telah duduk di bangku kelas lima SD. Sepulang sekolah, dia berkumpul dengan teman-temannya untuk bermain permainan daring di ponselnya. Mereka bermain sebagai tim. Dalam permainan mereka saling meminta bantuan, beramai-ramai mengumpati musuh dan bahkan memamerkan pencapaian mereka di permainan.
Setelah permainan berakhir, Zidni berpisah dengan teman-temannya dan pergi pulang. Namun, setibanya di rumah dia hanya duduk di teras rumah. Ia periksa jam di ponselnya. Waktu telah menunjukkan pukul empat sore, tapi seorang teman yang ia tunggu tak kunjung datang. Ia memutuskan untuk menunggu lebih lama lagi.
Dalam keheningan dia tidak sendirian. Dia ditemani sepeda tua berkarat di gudang samping rumah, dinding retak yang catnya sebagian mengelupas, sarang laba-laba, atap rumah yang bocor, payung rusak yang sudah tidak dipakai lagi, pipa air hujan, sandal jepit murahan milik ayah, sepatu boot untuk pergi ke sawah dan titik-titik air hujan yang baru saja menjamah bumi. Zidni menengadah. Ternyata gerimis. Semakin deras lalu menjelma hujan.
Selama hujan, Zidni hanya duduk di teras rumah seraya memperhatikan sekitar. Dia menetap di sana sampai petang. Sampai ibu membuka pintu dan memintanya masuk ke rumah. Zidni mematuhi ibunya dan berpindah ruang untuk menunggu.
Sampai malam, yang ditunggu masih tidak datang. Menjelang tidur, dia lebih memilih bermain ponsel karena bosan menunggu. Navin pernah berkata bahwa dia hanya akan mampir di hari yang telah ditentukan. Jadi, Zidni memilih tidak tidur karena tidur sama saja mempercepat dalam meninggalkan hari ini dan menuju hari esok. Detik demi detik berlalu, Zidni mulai kesal dan membuang ponselnya ke tempat tidur lalu memutuskan pergi keluar kamar. Sayangnya, Lima memergokinya. Lima melihat Zidni melalui celah pintu kamar yang sedikit terbuka.
“Hayo mau kemana? Ini sudah jam sebelas lebih! Besok sekolah! Sana tidur!”
Zidni membalas, “Sukanya nyuruh-nyuruh tidur padahal Kak Lima sendiri suka begadang!”
“Soalnya aku ada tugas. Kamu masih kecil kalau begadang paling cuma main game. Tidur, gih! Anak kecil dilarang begadang!”