Surga Terindah

Gulla
Chapter #3

Bab 2

Rakan adalah anugrah terindah yang Allah berikan padanya. Andai saja suaminya bukan Rakan, pasti ia tidak akan mendapatkan curahan belas kasih dan sayang disaat titik terendahnya. Ia sering kali mendengar cerita, bahwa banyak pria yang akan meninggalkan istrinya ketika istrinya rapuh dan mencari wanita lain. Namun Rakan tidak, pria itu menghabiskan seluruh waktunya untuk merawat Savira.

Sore di Istanbul begitu indah. Mereka kesini bukan hanya untuk jalan-jalan tapi ibadah. Dulu tempat ini hanyalah museum namun seiring berjalannya waktu pemerintah Turki merubahnya kembali menjadi masjid. Ada rasa haru mendengar lantunan adzan di bangunan ini. Apalagi suara itu adalah Rakan Salman Al-fatih—suaminya. Pria itu begitu terkenal di kota yang mereka tinggali, bukan hanya karena kecerdasannya tapi juga karena elok tingkah lakunya. Banyak sekali yang terkagum dengan pria itu. Ia juga baru tahu jika kakek Rakan kelahiran dari negara Turki. Pantas saja selama mereka tinggal di Turki, Rakan tidak pernah merasa asing berbeda dengannya.

Savira duduk di kursi Roda berada di bagian shaf belakang untuk melaksanakan sholat Maghrib. Ia berada di sini agar Rakan mudah menemuinya. Seiring lantunan ayat yang imam bacakan hingga salam terakhir, Savira begitu khusyuk mengikuti. Hingga ia tak sadar berapa lama ia berdoa. Karena shaf tiba-tiba hanya tinggal beberapa orang saja. Ia terlalu sibuk bercerita kepada Allah.

"Sayang.." panggilan itu membuat rona di pipi Savira menjalar. Ia terkejut melihat Rakan yang berlutut di depannya.

"Mas ngapain kesini? Akukan dah bilang tunggu di depan aja. Aku bisa kok kesana. Nggak enak diliat yang lain.." protes Savira. Ia tidak takut berbicara bahasa Indonesia karena jarang sekali orang yang tahu artinya.

Rakan tidak menjawab, ia malah membantu Savira membukakan mukena. Pria itu sama sekali tidak peduli dengan tatapan orang-orang. "Aku bisa sendiri mas." Rakan tidak menghiraukan suara itu. Ia malah sibuk melipat mukena Savira dan menaruhnya ke dalam tas kecil. Ada rasa malu di benak Savira. Karena ia terlihat lemah. Orang-orang pasti berpikiran kehadirannya sangat merepotkan Rakan. Beruntungnya Savira tidak mengerti bahasa Turki jadi ia tidak pernah tahu apa yang orang bicarakan. Mungkin itu tujuan Rakan membawanya kesini.

Rakan menenteng tas mukena seolah-olah itu hal yang biasa. Lalu membawa Savira pergi dari sana. Ia tahu ada beberapa wanita yang membicarakan Savira yang sakit. Namun Rakan mengabaikan itu. Ia terlalu tidak peduli dengan omongan orang.

Lihat selengkapnya