Ada lubang hitam di dada pria itu. Dalam. Gelap. Dan jauh di dasarnya ada perempuan yang terus menikam-nikam dinding hatinya. Pedih dan terluka. Luka yang tak berdarah. Luka yang mengusik jiwa dan menghancurkannya. Kemudian berkelindan di kepala yang lantas membuat lelaki itu berpikir hal di luar nalar.
[Aku akan membunuh anakku.]
[Aku muak dengan kelakuan perempuan itu, Dok.]
Feri duduk termenung setelah mengirimkan pesan Whatsapps. Dia menekuri sesuatu seperti menahan amarah. Seakan hal berat telah menimpanya.
Pria itu terlampau sering dibuat geram saat mendapati perempuan yang dinikahinya sepuluh tahun lalu, bermesraan dengan lelaki lain dan dengan sengaja mengunggahnya di media sosial, termasuk tik tok dan instagram. Sang istri yang memang berprofesi sebagai pemandu karaoke, jarang sekali berada di rumah. Dia kerap kali pergi berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan lamanya. Hingga tiga tahun lalu, saat anaknya, Nadia, masih berumur 6 tahun, istrinya memutuskan pergi. Sampai hari ini, dia tidak pernah lagi pulang.
Masih sambil menggenggam ponsel di tangan kirinya dan rokok di tangan kanannya, jempolnya lihai menggulirkan laman di layar. Mencari video reel instagram. Hingga sekali lagi, tanpa sengaja video sang istri bersama pria lain terpampang di sana. Dia meliuk genit, menari sambil bernyanyi lips sinc di hadapan seorang pria. Senyum getir terukir di bibir Feri saat menyaksikannya.
Dia kemudian menggulirkan layar lagi, melempar kencang-kencang video itu ke atas berkali-kali. Hingga berhenti di salah satu akun portal berita, yang menayangkan berita tentang seorang ayah yang tega membunuh anaknya sendiri karena mencuri uang di Cimahi. Jempolnya tak lagi menggulirkan layar. Video berdurasi 15 detik terus berjalan sampai berulang-ulang. Matanya menatap layar ponsel, tapi pikirannya tenggelam dalam cerita pembunuhan yang dilantunkan oleh suara AI itu.
Tampak di layar menayangkan beberapa warga yang kebanyakan ibu-ibu berteriak histeris saat melihat seorang pria membopong tubuh anak yang terkuali lemah tak berdaya melewati tangga rumah kontrakan berwarna biru. Tubuh anak itu kemudian diletakkan di atas ranjang tandu. Dua orang lelaki berpakaian putih segera memasukkannya ke dalam ambulans. Suara sirene terdengar bersamaan dengan teriakan istigfar dan riuh rendah obrolan warga, meski samar suara itu terekam.
Pikiran Feri tenggelam jauh lebih dalam.