Surga untuk Anakku

Hendra Wiguna
Chapter #5

Teori Sie Hok Gie


Cimahi, Februari 2023

Seorang pedagang bakso tahu tampak terkejut saat berbelok ke sebuah gang yang sudah ramai berkumpul orang-orang di sana. Dengan hati-hati dia mendorong gerobaknya hingga mendekati kerumunan. Suara obrolan riuh terdengar. Pedagang itu kemudian berhenti tak jauh dari rumah kontrakan bercat biru yang menjadi pusat kerumunan.

“Ada apa ini, ya?” tanyanya pada salah seorang remaja berpeci hitam yang sedang berkumpul bersama dua temannya.

“Kemarin ada anak kecil disiksa, Mang,” jawabnya. “Mati dia, Mang,” tambahnya.

“Mati?”

“Iya, Mang. Kasihan. Anaknya dua orang di hajar sampai babak belur. Yang satu mati.”

"Hush! Meninggal!" ucap pedagang bakso tahu membenarkan kata si remaja agar terdengar lebih etis.

Tak lama seorang perempuan berambut sebahu yang sedari tadi ada di dekat mereka berjalan ke barat mereka untuk lebih dekat dan menimbrungi obrolan pedagang dan remaja tersebut dengan bertanya. “Adek kenal anak yang disiksa itu, nggak?”

Sang remaja itu menoleh pada perempuan itu. “Iya, kenal, Teh. Dia teman main saya.”

“Oh ya. Kalau boleh tahu, anak itu kesehariannya seperti apa?”

Bocah berpeci itu agak kerung ketika ditanya demikian. Ragu untuk menjawab. Akan tetapi, setelah melihat sodok perempuan dengan rambut bercat cokelat kemerahan itu yang tampak asing, dia mengira mungkin itu wartawan. Setelah melirik dua temannya, dia pun mulai menimpali dengan pertanyaan.

“Yang disiksa itu?”

“Iya.” Perempuan itu mengangguk.

“Dia mah baik, Teh. Katanya kemarin dia juga mentraktir teman-temannya jajan,” jawabnya.

“Oh, si Amin?” ujar pedagang bakso tahu itu.

“Iya, Mang,” ujar remaja berpeci hitam.

“Kemarin dia beli bakso tahu sama saya banyak, buat teman-temannya juga katanya,” jelas si pedagang.

“Kok saya nggak kebagian, ya?” ujar remaja berbaju Persib.

“Dia mentraktir teman-teman yang satu sekolah dengannya di SD. Kita kan sudah SMP,” ujar bocah berpeci hitam dengan bahasa Sunda.

“Ah, lagian, itu kan uangnya nyuri dari bapaknya.” Seorang remaja lain yang lebih muda ikut menjawab. “Makanya dia digebukin,” imbuhnya.

Sementara riuh obrolan warga seketika menjadi teriakan obrolan saat melihat anak itu dibopong dari lantai dua rumah kontrakan ke bawah melalui tangga. Belum puas sebenarnya perempuan itu bertanya, tetapi para remaja itu lantas berlari untuk mendekat ke rumah kontrakan untuk melihat lebih jelas sang korban. Mereka penasaran dengan tubuh anak perempuan yang sudah dibalut kain kafan yang akan segera disalatkan dibopong seorang pria menuju mesjid. Tidak hanya wartawan dari berbagai media yang terus memburu gambar atau pun video dengan kameranya, tetapi juga warga dengan ponselnya.


***


“Dari mana saja kamu, Ras?” tanya seorang perempuan berkerudung yang sedang menyender di pintu mobil.

“Beli bakso tahu dulu, nih, laper,” jawab Laras.

“Iya sudah. Ayo kita langsung ke kantor polisi, pelakunya sudah ditangkap katanya.”

Lihat selengkapnya