Surga untuk Anakku

Hendra Wiguna
Chapter #13

Bagian 12

Siang menuju sore. Feri keluar dari kamarnya setelah salat dzuhur yang terlambat dia tunaikan. Pria itu berjalan ke dapur berniat akan memasak. Tetapi, ketika membuka lemari es dan tidak mendapati bahan apa pun untuk dimasak, dia langsung pergi ke kamar untuk berganti baju dan keluar beberapa saat kemudian dengan celana panjang dan jaket berbahan jeans berwarna cokelat.

Sebelum mengambil helm, Feri menghampiri pintu kamar anaknya. “Nadia, mau ikut ayah ke pasar?” teriaknya. Feri menuju nakas dan mengambil helmnya. Tak lama kemudian, Nadia keluar. Sepertinya dia masih kesal pada ayahnya, terlihat dari wajahnya murung. “Ikut ayah ke pasar, yuk!” ajak Feri sekali lagi.

Sejenak terdiam, wajah murung itu berubah senyum. Lantas dia masuk lagi ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian. Sementara Feri berjalan keluar setelah mengambil helm berukuran kecil untuk Nadia. Dia memakai helmnya lalu men-starter motor. Tak lama, Nadia datang.

“Kunci pintunya. Nih, Nad.” Feri menyodorkan kunci rumah pada Nadia. Setelah itu Feri memberikan helm pada Nadia sebelum anaknya naik. Nadia memakainya lalu naik, dan kendaraan beroda dua itu pun melaju.

Mereka pun tiba di pasar.

Feri menuntun anaknya berjalan di antara lalu lalang orang-orang. Sebenarnya siang itu tidak terlalu banyak yang berkunjung, tetapi, seperti kebanyakan orang tua, Feri takut anaknya hilang dan tersesat.

“Kamu mau makan apa hari ini, Nad?”

Mereka tiba di lapak tukang sayur. Di antara orang-orang yang kebanyakan kaum ibu-ibu, Nadia tampak berpikir. “Sop ayam, Yah.”

“Sop ayam?”

Nadia mengangguk.

Kemudian Feri memesan bahan-bahan apa saja yang menjadi kondimen makanan pesanan anaknya itu. Setelah dari lapak sayur mereka pergi ke lapak ayam potong dan membeli beberapa potong sayap dan paha ayam. Sengaja Feri membeli agak banyak untuk persediaan. Setelah membeli beberapa bahan tambahan di warung sembako, mereka pun menuntaskan momen belanjanya.

“Nadia, hari ini kamu yang memasak, ya,” ujar Feri sambil berjalan di samping anaknya. Kali ini dia tidak menuntun. Sebab, jalan tepi pasar yang langsung menuju tempat parkiran agak lengang.

“Aku, Yah?” tanya Nadia.

“Iya.”

“Tapi, kan, Nadia belum bisa masak, Yah.”

“Ya, belajar lah. Nanti Ayah ajari.”

“Oh, asyik.”

“Nadia mesti belajar masak. Kan Nadia perempuan. Biar nanti kalau Ayah pulang kerja, Nadia sudah masak buat Ayah,” ucap Feri.

Nadia tersenyum senang. “Baik, Yah. Ayah capek ya kerja terus, makanya ayah sering bolos,” ucap Nadia yang membuat Feri tersenyum. “Tapi, masa cuma sup ayam saja. Nadia juga mau diajari yang lain juga.”

“Apa?”

“Ya, banyak. Seperti makanan kesukaan Ayah, gudeg. Terus ayam masak merah, ayam masak kecap, tumis sayur, rendang, pokonya semua makanan yang ada di warung makan itu, Yah. Nadia mau bisa semuanya.”

“Boleh, boleh, Nad. Nanti Ayah ajari semuanya.”

Lihat selengkapnya