Surga untuk Anakku

Hendra Wiguna
Chapter #17

Tampak Bahagia Belum Tentu Baik-Baik Saja

Laras sedang terduduk menghadap layar laptop di meja kerjanya. Hari ini dia sedang libur. Dua bulan sudah perempuan itu bekerja di yayasan, dua bulan juga dia tidak menulis sebuah artikel. Selain karena kesibukannya di tempat kerja, juga karena dia sudah kehilangan minat untuk menulis. Akan tetapi, hari itu dia kembali terpacu untuk membuat sebuah artikel saat melihat sebuah berita yang viral di media sosial yang membuatnya jadi penasaran dan terus menggali informasi tentang kasus itu.

“Mbak, lagi apa?” tanya Intan.

Dia terlihat baru saja membuka pintu kamar setengahnya. Penasaran dengan apa yang dikerjakan kakaknya, Intan kemudian membuka lebih lebar dan masuk ke dalam. “Jangan lupa besok fitting baju,” ucap Intan sambil melangkah ke meja kerja Laras di kamar.

“Iya, bawel!” dengus Laras.

“Mbak lagi apa?”

“Nulis artikel, Tan.”

“Artikel? Sudah lama juga mbak tidak nulis, ya.”

Laras tak menjawab. Intan yang berdiri di samping Laras lalu membungkuk agar lebih jelas melihat apa yang kakaknya tulis. Laras melirik adiknya pun menutup laman MS. Word-nya. Bukan karena tulisannya tidak boleh dibaca, tetapi perempuan itu ingin memperlihatkan jendela lain dari website portal berita. Hal yang penting sepertinya. Kemudian perempuan berkacamata itu pun membacanya.


Ibu di Rembang Bunuh Bayi Lalu Gantung Diri, Psikolog Singgung Baby Blues

Kamis, 11 Mei 2023 18:05 WIB

Seorang ibu di Kabupaten Rembang tega membunuh bayinya yang baru berusia tiga minggu. Ibu itu kemudian bunuh diri. Psikolog UGM Prof Koentjoro melihat dalam kasus ini orang tua sudah merasa mentok dengan kondisi kesehatan anaknya. Apalagi jika tidak ada dukungan dari suami maupun keluarga ... Kasus ini terungkap saat ibu tersebut berjalan kaki sambil menggendong bayinya menggunakan selendang menuju Mapolsek Rembang, Selasa (9/5) pukul 06.30 WIB. Kepada polisi, NA mengakui perbuatannya yang menyebabkan bayi kandungnya tersebut meninggal. Polisi beserta pihak medis telah memeriksa kejiwaan NA yang diduga depresi. NA diduga stres usai anaknya tak mau disusui. Di RSUD Rembang NA mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Dia ditemukan meninggal pada Rabu (10/5) pukul 05.30 WIB.... (menit.com)


“Mirip apa yang mbak lakukan sepuluh tahun lalu,” ucap Intan setengah berbisik sambil terus menatap layar laptop. Saat tersadar, Intan lalu melirik kakaknya karena takut dia akan tersinggung.

Akan tetapi, Laras tak berekspresi apa pun. “Iya,” jawabnya singkat saja. Kemudian dia geser kembali laptop itu hingga layar persis menghadap padanya.

Baby Blues atau Postpartum Depression Syndrome.” Intan berbisik. Lalu ia melangkah ke ranjang milik Laras dan duduk di tepinya menghadap langsung pada Laras. “Banyak sekali kasus seperti itu sebenarnya, Mbak. Yang berakhir pada kematian si anak. Walaupun memang jauh lebih banyak lagi yang akhirnya bisa melewati masa-masa krisis itu. Kondisi mentak itu sebenarnya bisa diatasi jika orang-orang terdekatnya memberi suport. Paling tidak membantunya mengurus si anak.”

“Huuh.” Laras berhenti mengetik. Lalu menyandarkan punggung di kursi kerjanya. “Dulu kasus Mbak berbeda, Tan,” ujar Laras setelah menghela napas panjang. “Sebelum itu terjadi, kewarasan Mbak sudah tidak stabil. Sebab lelaki bajingan itu. Mbak malah merasa itulah yang membuat Mbak berpikir untuk bunuh diri. Bukan Baby blues-nya. Baby blues hanya berlangsung 2 minggu saja. Paling lama satu bulan.”

“Sebenarnya, Mbak. Orang-orang yang bunuh diri itu selalu tampil baik-baik saja sebelum dia melakukannya. Terlalu banyak tekanan dan tidak adanya pelampiasan atau teman bicara. Mereka memanipulasi perasaan dengan terus berkata seakan baik-baik saja di lingkungan sekitarnya, atau sosial media,” jelas Intan. “Intan pernah melihat video di youtube yang memperlihatkan rekaman video orang-orang yang tertawa bahagia, bercengkerama dengan teman atau keluarganya, seakan semuanya baik-baik saja, bahkan hanya beberapa jam saja sebelum mereka mengakhiri hidup,” ucap Intan. "Sebenarnya jauh di dalam dirinya, mereka menyembunyikan depresi. Mereka tidak akan pernah menampilkannya kecuali pada orang-orang yang dipercayainya."

Lihat selengkapnya