Surga untuk Anakku

Hendra Wiguna
Chapter #25

Bagian 24

Nadia tampak semangat berjalan menuju gerbang sekolah setelah turun dari motor dan mencium tangan ayahnya. Saat anaknya itu hilang di balik tembok, Feri langsung melajukan kendaraan dan pergi bekerja.

Empat hari sebelum hari minggu di mana pesta ulang tahun akan diselenggarakan, Nadia akan membagi-bagikan kartu undangan yang telah dituliskan puluhan nama teman-temannya.

“Apa itu?” tanya seorang anak lelaki.

“Kartu undangan. Datang ya.”

Rupanya, Nadia tiba di sekolah terlalu pagi. Baru ada dua murid saja di dalam kelas yang langsung dia beri kartu itu sesuai namanya.

“Oh, ya, kamu ulang tahun?” tanya bocah lelaki itu.

Nadia tersenyum tipis, mengangguk malu

“Makasih, Nad.”

Dengan wajah datar dua bocah lelaki itu lalu menyimpannya dalam tas dan lanjut mengobrol satu sama lain. Karena kelas masih kosong, Nadia duduk menunggu di bangkunya sambil memeriksa kembali jumlah kartu yang akan dibagikan. Namun, karena melihat dua teman laki-lakinya itu tampak biasa saja saat diberi kartu itu, ketika satu persatu teman-teman sekelasnya–terutama yang perempuan– datang, dia menjadi agak ragu untuk membagikannya, termasuk pada Lina. Teman sebangkunya itu datang dengan raut bahagia.

“Lin,” panggil Nadia saat anak perempuan itu duduk di bangku bersamanya.

“Iya?”

“Ini,” Nadia menyodorkan kartu itu dengan agak malu-malu.

“Apa ini?” tanyanya. Begitu dia membacanya kemudian menyadari. “Oh, kamu jadi ngerayain ulang tahun?” Lina tampak antusias. Nadia tersenyum senang, lalu mengangguk. “Oke, nanti aku bantu bagi-bagikan kartunya ya. Nanti pas jam istirahat saja.”

“Oke,” ucap Nadia pelan, masih dengan senyum itu.

Nadia memang anak yang pemalu, juga sedikit peragu. Mungkin karena itu juga dia tidak punya banyak teman. Satu-satunya teman yang dia miliki adalah teman sebangkunya, Lina. Dia tidak begitu suka berbaur bersama teman-teman yang lain. Tidak seperti Putri yang selalu tampak percaya diri dan memang pintar, Nadia akan merasa tidak nyaman jika harus berada di keramaian. Kecuali jika bersama teman yang sudah akrab. Akan tetapi, bagaimana bisa dia akrab jika dirinya ragu untuk bahkan menyapa mereka? Hanya kepada Lina dia mau berbicara karena sudah akrab itu tadi, itu pun dahulu Lina yang mengajak ngobrol duluan.

Seiring berjalannya waktu, dari tahun ke tahun dan mereka naik kelas bersama-sama, Nadia belum juga akrab dengan teman-teman yang lain, hingga kini dirinya duduk di kelas 4 SD. Walaupun sebenarnya, dia ingin sekali berteman dengan anak-anak perempuan lain, terutama Putri, si bintang kelas. Hingga baru minggu lalu Nadia bisa “berteman” dengan dia, saat dia membagikan makanan yang di masaknya sendiri. Itu menjadi awal pertemanan mereka. Dan kini membawa makanan ke sekolah untuk dibagi-bagikan menjadi kebiasaan baru di antara anak-anak perempuan di kelas. Mereka akan berkumpul di jam istirahat dengan bekal makanan masing-masing untuk di santap bersama. Nadia senang karena dialah yang memulai kebiasaan itu dan menjadi kebanggaan tersendiri baginya.

“Kamu bawa apa hari ini?”

Hampir semua anak-anak perempuan di kelas berkumpul dalam dua meja yang di satukan di bangku belakang pada jam iatirahat. Riuh ramai celotehan mereka terdengar sampai luar kelas. Anak-anak lelaki terkadang datang mengganggu yang membuat jeritan anak perempuan tak terhindarkan. Walaupun banyak dari mereka juga akhirnya meminta sepotong dua potong makanan setelah itu pergi bermain di luar.

Nadia masih berada di bangkunya menghitung jumlah kartu undangan. Setelah dirasa selesai, dia membawanya bersama satu kotak toples berisi kue basah buatannya dibantu ibu. Anak perempuan itu langsung menghampiri Lina. Agak malu-malu dia menyodorkan setumpuk kartu undangan itu pada teman sebangkunya itu. Namun, Lina paham dan langsung mengambil sebagian dari tumpukan itu.

“Teman-teman, aku mau membagikan ini, ya. Nadia jadi loh merayakan ulang tahun,” ujar Lina.

Lihat selengkapnya