Surga untuk Anakku

Hendra Wiguna
Chapter #27

Bagian 26

Minggu dini hari, ketika Feri terbangun, dia tidak mendapati istrinya terbaring di sampingnya. Di tepi ranjang, dia menghela nafas berat. Raut wajahnya gusar. Pria itu tersenyum getir, kemudian beranjak untuk segera melaksanakan salat subuh.

Semalam, yang berarti malam minggu, istrinya itu meminta ijin padanya untuk pergi bersama teman-temannya. Feri sebenarnya melarang, akan tetapi perempuan itu bersikeras untuk pergi. Memaksa dengan manja. Feri akhirnya mengizinkan istrinya pergi setelah berjanji, dia akan pulang sebelum pukul 11, akan tetapi kenyataannya dia belum pulang sampai subuh ini.

Hari ini adalah hari ulang tahun Nadia. Anak perempuan itu sedari pagi sudah terbangun dan terduduk di meja makan. Aneka kue kering dan basah sudah tersedia di meja-meja tepi dinding dapur. Itu semua adalah hasil masakan ibunya dan Nadia. Selain itu, dia sangat antusias menunggu kue ulang tahun yang akan datang pagi itu, bersama tukang dekorasi yang ayahnya pesan.

Pukul 9 pagi, baru mereka datang dan langsung menata ruangan rumah sederhana itu menjadi ruangan yang cantik dengan pita-pita yang dibentuk sedemikian rupa, balon-balon yang bergelantungan di setiap sudut ruang, lampu kerlap-kerlip, juga tentu saja kue ulang tahun berukuran besar dengan gambar kartun karakter Disney: Elsa dari Film Frozen yang juga akan menjadi kostum Nadia hari itu.

Nadia berdiri di tengah ruang rumahnya yang sedang dihias memperhatikan para tukang. Dia sepertinya tidak sabar dengan acara yang akan diselenggarakan pukul 3 sore nanti. Ayahnya sedang berbincang dengan seorang perempuan berjaket merah yang merupakan pembawa acara yang sudah siap sejak pukul 12 siang. Dia sudah satu paket dengan perlengkapan pesta termasuk sound sistem yang baru saja didatangkan.

Sekali lagi, Feri melirik jam dinding. Dia sedikit gelisah karena istrinya belum juga muncul.

Semarak lagu ulang tahun sudah terdengar menggema di ruangan itu. Pukul 2 siang. Nadia berada di kamar sedang memakai kostum karakter Elsa. Seseorang penata rias sedang mengepung rambutnya mirip dengan karakter tersebut. Nadia tersenyum bahagia oleh kecantikan yang dilihatnya dalam cermin.

Ketika semuanya sudah siap, Feri, Nadia dan pembawa acara serta badut yang akan menghibur mereka mulai berkumpul, menunggu teman-teman datang. Bingkisan-bingkisan berupa tote bag berisi mainan dan camilan khusus sudah siap dibagikan saat kepulangan para tamu undangan

Pukul setengah 3 sore. Lina datang bersama ibunya. Teman sebangkunya itu langsung menghampiri Nadia di altar khusus sang ratu. Dia memberikan kadonya yang terbungkus indah lalu mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Mereka berdua tertawa, saling memuji kecantikan mereka. Mereka tidak menyangka kalau perayaan ulang tahun ini aakan terlaksana.

“Masih belum pada datang, ya, Mas?” Wanita berkerudung yang baru saja datang itu menghampiri Feri dan bertanya. Dia terlihat agak cemas.

“Oh, belum, Bu. Mungkin sebentar lagi,” sambut Feri. Dia tersenyum untuk mengurangi rasa gugup yang dia rasakan. Ini adalah pesta ulang tahun pertamanya, bahkan seumur hidupnya.

“Iya. Saya tadi cari-cari alamat rumah ini agak susah, Mas.”

“Oh, maaf kalau begitu.”

“Tidak apa-apa,” sahut ibunya Lina. “Mungkin yang lainnya juga susah cari alamat ini,” ujarnya.

Feri mengangguk-angguk cemas. “Mungkin.”

“Coba kalau kamu share di grup WA wali murid. Mungkin nggak akan susah cari alamatnya,” lanjutnya, memberi saran.

“Grup WA?”

“Iya. Oh. Mas-nya nggak masuk grup wali murid ya?”

Feri mengernyit lalu menggeleng. “Tidak. Saya malah tidak tahu kalau grup itu ada.”

Lihat selengkapnya