SURGAKU DI BAWAH TELAPAK KAKI ISTRIKU

Khoirul Anwar
Chapter #1

Dimulai dari Tahun 2003

Vano adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ia dikenal dengan sosok pemuda yang bertanggung jawab dan pekerja keras. Di umur yang masih belia, ia harus menjadi tulang punggung keluarga. Di tahun 1993, ia rela waktu mudanya menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia. Selama hampir sepuluh tahun ia mengabdikan dirinya untuk membahagiakan kedua orang tua dan memenuhi kebutuhan saudaranya.

Dalam satu dekade, ia belum pernah pulang sama sekali ke kampung halaman. Dikarenakan perizinan cuti yang susah dan menghemat keuangan. Setiap bulan ia akan menelepon orang tuanya di desa. Betapa bahagia ibunya ketika mendapatkan telepon dari anak laki-laki tertuanya. Meskipun dulu harus meminjam telepon tetangga untuk bisa komunikasi dengan Vano.

Di saat langit sudah terlihat gelap legam. Banyak orang sedang beristirahat setelah seharian bekerja. Vano mendadak menelpon ibunya. Ia memiliki sebuah firasat beberapa hari ini tidak enak dan terus mengganggu pikirannya. 

“Nak, pulang lah Nak. Ibu sudah sakit parah. Sudah tidak kuat lagi. Ibu sudah tidak mengharapkan apa-apa dari mu lagi. Biarlah nanti kalau Ibu meninggal, ada kamu di samping Ibu.” ujar wanita sepuh yang sudah pucat dengan nada parau.

Kabar ini membuat Vano seperti tersambar petir di siang hari. Sumber kebahagiaan dia yang selalu menjadi semangatnya, sudah tidak sekuat dulu lagi. Berita ini membuat Vano terbawa suasana. Pikirannya terus tidak tenang. Waktu tidurnya tidak bisa senyenyak dulu lagi. Fokus pekerjaannya terus ambyar.

Pada dini hari, ia tidak bisa lagi untuk istirahat. Ia duduk di atas kasur. Pria yang berambut ikal itu terus meremas rambutnya. Beberapa kali ia menghela nafas panjang untuk mengisi rongga udara di dadanya. Vano berjalan menuju ruangan tamu yang terdapat telepon rumah. Ia langsung menekan beberapa angka. Tidak menunggu waktu lama, di ujung telepon sudah ada suara wanita yang parau.

“Pulanglah, jika kabar ini membuat kamu frustasi,” ujar wanita yang ada di ujung telepon.

“Aku kalau pulang, maka tidak akan balik lagi. Aku ingin menghabiskan waktu di rumah dan menikah segera,”balas Vano.

Dengan keputusan bulat, Vano memutuskan untuk pulang kampung. Tekadnya untuk menemani Ibunya yang sedang sakit parah terus bergejolak dalam ruang kepalanya. Ia juga meminta izin pada kekasihnya yang sudah berjalan kurang lebih 8 bulan ini.

Di sebuah Airport siang hari, ia tidak seorang diri. Ada seorang wanita muda cantik yang menemani dia pulang kampung. Ternyata kekasih Vano ikut juga dalam perjalan pulang Vano. Sekaligus wanita ini juga pulang kampung ke daerahnya yang berada di luar jawa. Kesempatan ini digunakan Vano untuk memperkenalkan Elena kekasihnya kepada kedua orangtuanya.

Elena terus menemani Vano kemanapun ia pergi. Gadis putih manis itu terus mengembangkan senyumnya di dekat Vano. Mungkin di dalam hatinya sedang bahagia akan bertemu dengan calon mertuanya. Raut wajah kegembiraan tidak bisa ia sembunyikan.

Elena berasal dari daerah Makasar, jauh dari pulau Jawa. Meskipun gadis itu jauh dari pulau Jawa tapi cinta Vano pada elena sangat begitu besar. Ia tunjukkan dengan sebuah keseriusannya dalam menjalin hubungan ini.

Wajah Vano terus tersenyum bahagia bersama Elena. Meskipun di dalam hatinya sedang kacau. Elena tahu jika Vano sedang tidak baik-baik saja. Sebisa mungkin gadis yang memiliki tinggi 160 cm itu terus menghibur Vano dengan mengajak bergurau dan bercanda.

Elena memandang lekat iris mata yang berwarna caramel milik Vano di saat keduanya sedang duduk menunggu jam keberangkatan pesawatnya. Ia menemukan genangan air mata yang tidak tahu kapan akan jatuh ke pipi tirus Vano. Tangan mulus Elena langsung menyeka air mata Vano. Selanjutnya tangan mungil Elena menakupkan di dagu Vano sehingga membingkai wajah Vano yang tirus itu.

Lihat selengkapnya