SURGAKU DI BAWAH TELAPAK KAKI ISTRIKU

Khoirul Anwar
Chapter #10

Mendatangi Rumah Kyai

“Emake …” pekik Vano yang memecah malam.

Kebetulan malam itu ada warga yang melintas dan mendengar teriakan Vano. Warga yang mendengar itu bergegas pada sumber suara. Ia sedikit kesulitan untuk menuju medan, karena di sekelilingnya belum ada penerangan listrik yang memadai. Matanya sedikit ia sipitkan untuk bisa sampai ke sana. Vano langsung meminta tolong pada orang yang memakai jaket hitam itu. Tanpa bertanya apapun, warga itu menuju rumah yang Vano minta.

“Assalamualaikum, ada orang di rumah?” teriak warga yang diminta tolong tadi.

Meli dan Helena menghampiri warga yang berteriak di luar rumah. Keduanya bertanya pada warga yang baru dilihatnya. Meli begitu panik dan khawatir ketika diberitahu Badriyah jatuh pingsan. Ia langsung menuju tempat yang diomongkan orang asing itu. Ketiganya berlari agar lebih cepat sampai di tempat.

“Emak kenapa?” tanya Meli sesaat ia baru datang dengan panik.

“Nanti aja tanyanya Mbak, kita bantu angkat Mak dulu,” saran Vano.

Vano dibantu dengan orang asing tadi, dan Meli mengangkat tubuh kurus Badriyah. Helena hanya bisa menangis mengiringi langkah saudaranya sambil membawa tas Vano. 

Vano langsung meletakkan ke dalam kamar Badriyah. Warga yang membantu Vano langsung berpamitan pulang karena ada sesuatu yang dikerjakan. Ia sedikit tergesa-gesa, namun sebelum sampai ambang pintu Vano mengejar dari belakang.

“Mas, terimakasih banyak sudah membantu keluarga kami! Semoga kebaikan Mas dibalas sama Allah SWT,” ujar Vano tulus sembari menggenggam tangan orang itu.

Warga itu hanya tersenyum simpul dan mengangguk pelan. Vano melambaikan tangannya. Beberapa menit kemudian tubuh warga itu menghilang di kegelapan.

Vano terus berada di samping Badriyah sambil memijat tubuhnya. Matanya terus melihat dadanya, untuk mengecek apa masih bernafas atau berhenti. Meli juga gelisah sambil menggendong anaknya.

“Van, gimana sih kronologi kejadiannya?” tanya Meli panik.

“Aku juga nggak tahu Mbak. Tadi habis dilakukan tindakan biopsi Mbak, semacam operasi kecil begitu untuk mengetahui benjolan itu kanker atau apa. Barangkali tindakan itu yang bikin Emak jatuh pingsan,” duga Vano yang tidak tahu masalah kedokteran.

“Terus gimana hasil pemeriksaannya?” sambung Meli.

“Hasilnya di dalam tubuh Emak tidak ada penyakit, semuanya normal. Aneh sih, tapi begini lah hasilnya,” terang Vano.

Meli tidak menanggapi apa yang disampaikan Vano. Wanita itu sudah beberapa kali mendengar Badriyah cerita awal terkena benjolan itu. Beberapa menit kemudian tubuh Badriyah bergerak, matanya mulai perlahan terbuka. Helaan nafas lega Vano dan Meli mengiringi kesadaran Badriyah kembali. Keduanya meninggalkan Badriyah untuk istirahat lebih lama.

Vano duduk di sofa ruang tamu seorang diri. Seperti biasa tangannya ia sudah memegang satu batang rokok. Bibirnya sudah menghembuskan asap-asap putih ke udara. Matanya terus menerawang jauh ke luar rumah. Pikirannya penuh dengan riuhnya masalah yang ada.

“Dik, coba Emak dicarikan orang-orang yang paham ilmu begituan,” ujar Meli secara tiba-tiba yang mengejutkan Vano.

Lihat selengkapnya