SURGAKU DI BAWAH TELAPAK KAKI ISTRIKU

Khoirul Anwar
Chapter #12

Siapa Dia

"Emang ada apa Mak?” tanya Vano yang merasa kebingungan dengan apa yang disampaikan Badriyah.

“Emak, nggak mau jawab dulu, biar Vano lihat sendiri. Emak nggak mau dituduh ikut campur hubunganmu lagi.”

Vano mengangguk dengan wajah datar. Ia juga tidak ada rasa pengen tahu lebih mengenai Rahma karena besok ia akan datang ke rumah Rahma. Mangkok yang sudah kosong ia bawa dan menaruhnya di wastafel. Sekaligus Vano meninggalkan Badriyah agar istirahat

Sesi makan malam sudah selesai, seperti biasa Vano duduk di teras dengan tidak memakai baju dan mengenakan sarung yang sudah dilipat tinggi sampai ke betis. Pandangan matanya kosong, tapi di dalam pikirannya penuh dengan pertanyaan-pertanyaan dan masalah kehidupannya.

“Duarrrr …” Helena mengagetkan Vano yang sedang termenung.

Bibir Vano reflek mengeluarkan kata istighfar. Ia tidak terima dengan kejutan tadi jadi ia usil balik ke Helena. Jarinya-jarinya menggelitik tubuh Helena yang diiringi dengan teriakan sangat keras dan memekik indera pendengaran orang-orang.

“Vano, kamu apakan Adikmu?” teriak Meli dalam ruang tamu.

“Nggak diapa-apakan Mbak. Salahnya Helena suka ganggu Masnya,” timpal Vano merasa tidak bersalah.

“Bohong Mbak!” sahut Helena dengan lantang.

Terjadi peperangan keduanya namun tidak mengeluarkan suara keras karena hanya bercandaan aja. Adik kakak kalau sudah ketemu terkadang suka bercanda dan bertengkar kecil. Seperti Vano dan Helena meskipun umur sudah dewasa tapi terkadang tingkahnya masih seperti anak kecil. Setelah sudah capek, keduanya duduk di lantai. Vano merebahkan badannya yang tidak berkaos ke lantai yang berubin putih itu. Sedangkan Helena duduk menyandar dengan kaki selonjor.

“Dik, apa sih yang peyan ketahui tentang Rahma? Mas Vano pengen tahu dikit.” tanya Vano diiringi helaan nafas panjang.

“Mas, kalau mas Vano mau serius dengan Rahma, Mas pikir ulang lagi deh. Entar menyesal lagi!” 

Vano tiba-tiba membenarkan posisi duduknya. Ia terlihat serius bertanya mengenai hal ini. Kepalanya fokus dengan sosok adik yang menyebalkan di depannya. 

“Iya, apa? Kalau tidak diberitahu mah, Mas Vano nggak bakal tahu,” Vano mulai ngotot.

“Dengar-dengar Mas Vano besok mau ketemu kan? Yasudah Mas Vano lihat sendiri aja kondisinya besok bagaimana.” 

Vano terdiam tidak bisa berbuat apa-apa. Bibirnya cemberut karena tidak ada yang bisa menjawab rasa ingin tahunya.

****

Lihat selengkapnya