SURGAKU DI BAWAH TELAPAK KAKI ISTRIKU

Khoirul Anwar
Chapter #15

Frustasi Kembali

Langkah kaki Vano berhenti di sebuah bangunan rumah cukup tua. Aroma kopi yang harum sudah menguar dari jarak kurang lebih 10 meter. Vano terus merangsek ke dalam warung itu. Sepasang bola matanya terus mencari kursi yang bisa ditempati dirinya untuk menghilangkan rasa stress yang ia alami. Seorang wanita setengah tua yang sudah berdandan cantik dengan memakai lipstik merah menor, menawari Vano sebuah menu makan dan minum. Laki-laki itu memutuskan untuk memesan mie goreng instan dan kopi hitam pahit. Vano berharap pahitnya kopi bisa menyembuhkan luka yang ada

Beberapa menit kemudian, seorang pegawai wanita cantik hadir di depannya. Vano mengadahkan pandangannya ke wanita yang masih bisa dibilang belia itu. Sebuah senyum manis sudah terulas di wajah manis Vano sebagai tanda terimakasih sudah diberikan pelayanan terbaik. Sekaligus senyum itu sebagai pelipur lara yang ada di dalam hidupnya.

Secangkir kopi sudah tersaji di meja yang paling ujung di luar halaman warung di bawah pohon jambu. Vano mengarahkan bibirnya ke bibir cangkir yang berisi kopi hitam pekat. Dengan pelan, ia menyeruput kopi pahit itu. Ditemani satu batang rokok di tangan kirinya membuat dunianya berubah meskipun hanya sesaat.

Dari kejauhan seorang laki-laki sebaya menghampiri Vano. Sepertinya Vano kenal dengan sosok yang sedang mendekatinya. Ia membalas sebuah lambaian dengan meneriakkan namanya. Ia adalah Rudy teman sekelasnya dulu waktu SMP.

“Aku lihat-lihat dari tadi, kok sepertinya lagi bingung dan ada yang dipikirkan,” celetuk Rudi setelah berada di dekat Vano. 

“Namanya juga manusia, pasti banyak masalah kehidupan,” balas Vano santai sambil menyeruput kopinya.


“Daripada, kamu lagi bingung. Yuk ikutan juraganku yang lagi butuh banyak pemuda buat jadi belahnya. Insyaallah juraganku dikenal dengan juragan yang paling alongan lo,” ajak Rudi penuh semangat.


Vano terdiam, ia hanya menggerakkan sepasang bola matanya naik turun. Terkadang ia juga menatap sekilas Rudi yang ada di sampingnya. Awal rencana Vano, ia akan ikut Zein untuk melaut. Keduanya masih ada hubungan saudara jauh. 

“Baiklah.” balasnya tegas setelah banyak pertimbangan.

“Nanti malam jangan lupa datang ke dermaga buat angkat-angkat perlengkapan dan kebutuhan,” Rudi mengingatkan Vano sebelum ia pergi meninggalkan Vano sendiri.

Sedetik kemudian Rudy langsung pergi setelah pesannya tersampaikan. Selang beberapa menit kemudian, Fahmi datang seorang diri. Ia melihat Vano sudah duduk dan menikmati rokok. Laki-laki yang sudah memiliki anak itu langsung duduk di samping Vano.

“Sudah, cepat nikah biar nggak galau terus kamu!” celetuk Fahmi yang mengagetkan Vano.

“Pengennya begitu, tapi gimana ya. Keluarga besar belum ada yang setuju.”

“Emang kamu sudah ada wanita yang mau dilamar?” tanya Fahmi penuh dengan penasaran. 

Lihat selengkapnya