“Ini rumahnya,” ujar Fahmi sembari tersenyum lebar.
“Foto tadi itu Rahma?”
“Iya, emang kamu itu jodohnya Rahma sudah,” ledek Fahmi yang seakan Vano lah pria yang akan menikahi Rahma.
Bu Ajeng tidak sengaja melihat Vano ketika keluar rumah untuk membersihkan halaman rumahnya. Nampak dari wajahnya terkejut melihat Vano datang kemari. Ada wajah bahagia juga Vano datang ke rumahnya.
“Mampir sini yuk! Ada Rahma di dalam,” pekik Ajeng semringah.
Fahmi langsung menarik tangan Vano yang masih ragu. Mau tidak mau Vano mengikuti Fahmi yang jalan di depannya. Fahmi langsung masuk ke dalam rumah Ajeng meskipun Bu Ajeng masih sibuk membersihkan halaman rumahnya.
Alasan Fahmi begitu bahagia mencomblangi Rahma dengan Vano adalah kebahagiaan Vano sendiri. Laki-laki itu tidak mau jika Vano di usianya yang sudah beranjak tiga puluh satu tahun itu, terus terusan galau dan sedih. Ia juga menginginkan Vano menikah dengan wanita pujaan hatinya.
“Ada acara apa kok mampir kemari? Nak Vano, Fahmi, Alhamdulillah, Rahma sudah makin membaik. Hampir satu bulan ini normal tidak ada kejanggalan apapun,” ucap syukur Ajeng setelah selesai bersih halaman.
“Wah kabar bahagia ini Bu,” celetuk Fahmi ikut bahagia.
“Kan katanya kyai katanya tidak perlu khawatir, karena kondisinya akan berangsur membaik,” timpal Ajeng.
Dari dalam keluar sosok bidadari cantik, berhijab besar menjuntai warna Navy. Lesung pipinya terlihat indah dengan senyum menawannya. Kulitnya putih berseri memantulkan sinar kesalehan dalam dirinya. Wanita ini sedang membawa sebuah nampan kecil yang berisi air gelas mineral dan buah-buahan. Dengan berhati-hati ia menyuguhkan di atas meja.
Vano dari awal Rahma keluar dari dalam sampai ia menyajikan suguhan, kelopak matanya tidak berkedip sama sekali. Ia tertegun dan membisu seperti patung. Fahmi hanya melihat reaksi Vano tanpa mengusik fokus perhatiannya. Sahabatnya itu hanya tersenyum kecil, melihat reaksi Vano.
“Makanya segera nikahin,” celetuk Fahmi di samping Vano.
Candaan ini membuat beberapa orang yang ada di dalam ruang tamu tertawa kecil. Reaksi ini membuat Vano terbangun dari lamunannya. Ia melayangkan senyum canggung setelah kedapatan sikapnya diketahui banyak orang.