Akhirnya usaha Vano untuk mendapatkan restu keluarga besar mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginannya. Meskipun, masih banyak yang belum ikhlas seratus persen. Satu lagi yang dilanggar Vano adalah pesan terakhir Badriyah. Vano benar-benar tidak mengindahkan pesan terakhir ibunya. Meskipun demikian, acara lamaran sudah diagendakan keluarga besar Vano. Dikarenakan hari spesialnya masih lama, Vano beberapa kali ikut pergi melaut. Lumayan hasil kerjanya buat nabung biaya pernikahannya.
Hari spesial yang ditunggu akhirnya tiba. Vano mengenakan sebuah kemeja batik lengan panjang dengan motif yang sangat klasik dan tradisional. Tidak lupa ia memakai celana bahan warna hitam dipadukan dengan sepatu pantofel hitam pinjaman dari temannya. Terlihat gagah dan manly apa yang dikenakan Vano. Hari ini ia nampak berbeda dari hari biasanya.
Ia didampingi Handoyo dan sahabatnya Fahmi di hari istimewanya. Ia selalu tersenyum lebar sambil menatap ke depan. Beberapa wanita muda, Abang, bapak-bapak dan keluarga besar Vano mengiringi dengan membawa sebuah persembahan atau hantaran buat pihak wanita.
Di rumah mempelai wanita juga sudah disambut keluarga besar dari Rahma. Wajah Ajeng begitu bahagia dan antusias mengantarkan anaknya. Wanita yang akan menikah itu terlihat anggun dengan busana syar’i berwarna hitam. Wajahnya tidak banyak riasan, lebih cenderung minimalis dan natural. Namun, pantulan kharisma dan auranya sangat kuat sehingga membuat Vano tidak berkutik lagi di depannya. Sepasang matanya terus menatap Rahma yang berada di seberang.
“Mbak, aslinya mbak Rahma itu cuantik dan manis lo, cuman …” bisik Helena pada Mila yang ada di sampingnya.
“Hust … bisa diam nggak, waktunya begini kok masih aja mau ngegosip,” sela Mila geram.
Acara demi acara lamaran sudah dilaksanakan. Tukar cincin lamaran juga sudah diwakilkan Mila untuk mengenakannya di jari Rahma. Keduanya saling foto dan menunjukkan cincin tunangannya. Meskipun demikian, Rahma masih membatasi interaksi dengan laki-laki berumur 30 itu. Ia menganggap bahwa ini masih sekedar lamaran belum Syah di mata hukum dan agama.
Acara masih berlanjut sampai menemukan tanggal nikah yang pas dan sesuai. Keduanya lebih memilih di hari Minggu karena kebanyakan teman Rahma liburnya hari Minggu. Pemilihan hari minggu di Minggu kedua bulan ini dinilai tepat keduanya agar tidak terlalu lama dan cepat acaranya. Kurang lebih dua Minggu lagi keduanya akan melangsungkan pernikahan.
Banyak hal yang dilakukan oleh Vano untuk mempersiapkan pernikahannya. Dimulai dari menghitung teman, tetangga yang akan diundang di hari spesialnya. Ia juga sibuk untuk mengurus administrasi ke KUA.
Kesibukannya dalam mempersiapkan pernikahannya membuat Vano kecapekan. Wajahnya terlihat pucat pasi dan badannya lemas. Ia tidak bisa kemana-mana. Beberapa kali ia muntah-muntah.
“Makanya kalau sibuk itu diperbanyak minum air putih dan istirahatnya. Ini nggak, malah banyak ngopi, merokok dan begadang. Sekarang rasain mau nikah jatuh sakit gini,” sindir Meli.
“Mbak, aku lagi sakit gini malah dikata-katain,” ujarnya lemas tak berdaya.
“Salahnya sendiri, dinasehati dari kemarin nggak pernah diringekno og. Kalau gini kan nyusahkan lagi,” balas Meli ketus.