SURGAKU DI BAWAH TELAPAK KAKI ISTRIKU

Khoirul Anwar
Chapter #37

Ketahuan

Rahma berteriak kencang dari ruang tamu. Vano terkejut kemudian ia langsung mengakhiri panggilan teleponnya. Secepat mungkin, ia memasukan ponselnya ke dalam saku celananya. Selanjutnya laki-laki itu berlari menuju Rahma,takut terjadi sesuatu dengan istrinya. Sesampainya di ruang tamu, Vano mengecek tubuh Rahma apa ada yang terluka atau tidak. Sebuah hembusan nafas lega keluar dari bibir Vano setelah Rahma diketahui baik-baik saja.

“Syukurlah tidak terjadi apa-apa!” timpal Vano cemas.

“Menikah? Abang mau menikah? Hahahah.” celoteh Rahma.

Vano memegang tangan Rahma dan menarik dengan lembut ke kamar tidur. Wanita itu selalu menyebut kata menikah. Vano juga belum tahu jika Rahma mendengar pembicaraannya di telepon.

“Sayang di kamar dulu ya, atau tidur juga tidak apa-apa,” ujar Vano.

“Nggak mau, aku nggak mau ditinggal nikah,” balas Rahma manja.

“Deg.” Vano baru tersadar.

Vano terdiam membisu di kamar. Di dalam hati dan pikirannya ada sebuah rasa bersalah. Sesaat kemudian ia melangkah kan kakinya menuju Rahma yang duduk di kasur. Ia sekarang duduk jongkok. Tangan Vano menyentuh wajah Rahma.

“Apa Sayangku tadi mendengar obrolan Mas Vano?” tanya Vano pelan.

“Nggak, mau menikah aja kok!” 

“Maaf ya Sayang, aku tidak akan pernah meninggalkanmu.”

Vano kemudian duduk di sebelah Rahma. Sebuah pelukan hangat mendarat ke tubuhnya. Tidak ada pembicaraan di ruangan itu. Hening dan sepi menghinggapi pasangan ini. Laki-laki itu dengan pelan merebahkan tubuh Rahma. Keduanya kini sudah dalam posisi terlentang. Masih belum ada kata-kata yang keluar dari bibir mereka. Waktu semakin larut malam, kelopak mata keduanya makin berat. Beberapa menit kemudian keduanya tertidur.

*******

Pagi yang masih buta, Vano sudah berada di rumah Meli. Setelah sholat shubuh berjamaah di masjid, Vano pergi ke rumah Meli. Tujuan laki-laki yang masih mengenakan sarung dan peci itu ke rumah Meli untuk mengadu pada Kakaknya.

“Mbak, tadi malam Rahma mendengar obrolanku sama Elena,” adu Vano cemas.

“Emang Rahma normal? Emang dia paham?” timpal Meli datar.

“Nggak tahu mbak, hanya saja setelah obrolan kami selesai, dia teriak dan terus bicara menikah dan menikah. Aku khawatir kalau dia mendengar semua.”

“Halah Van, Van apa yang ditakutkan dari Rahma, orang nggak normal begitu kok mau dikhawatirkan. Malah bagus to, dia dengar jadi kamu bisa menikah dengan Elena,” balas Mila menyepelekan sedikit bercanda.

Lihat selengkapnya