Terkadang seseorang tidak membutuhkan kata-kata sebagai penenang, kadang dia hanya butuh pelukan hangat dari orang yang dia sayang.
•••
Memiliki keluarga yang harmonis, dan saling menyayangi adalah dambaan setiap orang, namun sayangnya hal itu tidak didapatkan oleh Alana. Impian tentang keluarga yang bahagia hanyalah sebuah angan yang tak akan pernah terwujud baginya. Hari-harinya selalu dipenuhi dengan keributan serta pertengkaran dari kedua orang tuanya yang tak pernah usai. Entah sudah berapa banyak dia mendengar bentakan serta makian yang saling bersahutan setiap harinya, Alana sudah terbiasa dengan hal itu. Keluarganya yang dulu bahagia, saling menyayangi dan harmonis kini hanya tinggal kenangan.
Pagi hari yang seharusnya diawali dengan ceria seketika berubah mencekam ketika suara keributan dari kedua orang tuanya kembali terdengar di telinga Alana.
“Ibu macam apa kamu ini lebih mementingkan perkerjaan ketimbang anak-anaknya!”
“Aku kerja juga buat anak-anak! Kamu pikir buat siapa lagi kalau bukan buat mereka hah?!”
“Kerja! Kerja! Kerja! Itu aja yang kamu pikirin”
“Kalau aku gak kerja gimana mau bayar sekolah mereka, bayar listrik,bayar cicilan ini itu, memangnya kamu sanggup?. Gaji kamu aja gak cukup buat makan sebulan!”
Plak!
“Jaga mulut kamu! Jangan mentang-mentang gaji kamu lebih besar dari aku, kamu bisa seenaknya seperti itu!”
“Kamu nampar aku mas?!”
“Iya! Supaya kamu sadar kodrat seorang wanita itu apa! mendidik anak dan melayani suaminya. Percuma karier kamu bagus kalau kamu tidak bisa menghargai suami kamu sendiri”
Setelah mengatakan itu Hadi pergi begitu saja meninggalkan Sela yang tergugu di tempatnya, dia menyentuh pipi yang terasa panas akibat tamparan dari suaminya yang ringan tangan itu. Perlahan air mata yang sejak tadi ditahannya pun lurun begitu saja membasahi pipinya.
“Ma..” panggil Alana pelan, dia menyentuh bahu ibunya yang tampak terguncang hebat karena tangisnya.
Buru-buru sela mengusap air matanya dan tersenyum lembut pada Alana, dia tidak mau terlihat lemah di depan putrinya.
“Kamu belum berangkat nak? Abang kamu dimana, kenapa dia belum anterin kamu sekolah?”
Bukannya menjawab, Alana justru balik bertanya “Mama kenapa sih harus berantem terus sama papa? Alana capek lihat kalian ribut-ribut terus"
Sela terdiam sejenak, dia tidak tahu harus menjelaskan bagaimana kepada putrinya yang sekarang sudah beranjak dewasa ini “Tidak usah dipikirin ya, ini urusan orang dewasa. Tugas kamu adalah sekolah yang bener dan bikin Mama bangga, kamu ngerti" ujarnya seraya membelai rambut panjang Alana.
“Tapi Alana udah dewasa Ma”