Pertempuran di sekitar tanah lapang “....the killing zone....” area pembantaian yang dipenuhi oleh bebatuan itu masih terus berlanjut. Belasan prajurit infanteri marinir yang bertahan masih terus berjuang mati matian untuk bisa memukul mundur puluhan pasukan fretilin yang bertahan di sekitar area kaki perbukitan. Sembilan orang prajurit infanteri marinir di antaranya prajurit satu Anwar, prajurit satu Afrizal, prajurit dua Ramadhan, kopral dua Wawan dan lima orang tamtama lainnya serempak merayap dalam kerimbunan semak belukar. Pasukan fretilin yang sudah membentuk formasi tempur di sepanjang kaki perbukitan langsung melepaskan tembakan. Puluhan timah-timah panas yang dimuntahkan dari beberpa unit senapan mesin MG-42 Spandou kaliber 7.92 mm milik fretilin mendesis berkejar kejaran menghujani tanah lapang.
Kejaran peluru panas melayang di atas kepala, bertebaran seperti cahaya mendekati kecepatan suara, bak roket-roket mini yang siap memangsa. Prajurit prajurit infanteri marinir merapatkan badan di permukaan tanah yang bergelombang. Beberapa meter dari konsentrasi pasukan musuh, prajurit prajurit infanteri marinir yang kesemuanya adalah tamtama itu langsung membeku di balik bebatuan membentuk pertahanan, kemudian bersiap-siap melakukan penyerangan secara bersamaan.
Berondongan tembakan tak henti hentinya dimuntahkan oleh pasukan fretilin, tembakan menyapu di sepanjang bebatuan di mana prajurit infanteri marinir tiarap membentuk pertahanan. Kontak senjata antara dua kubu kini kembali berlangsung garang. Walaupun hanya belasan orang yang kini masih bertahan, namun prajurit infanteri marinir yang berlindung di balik batu-batu besar dan juga tiarap dalam kerimbunan semak belukar itu tak kalah gencarnya membalas serangan.
*****
Beberapa orang prajurit fretilin terlihat bergerak maju membungkukkan badan mendekati kerimbunan pepohonan, sekitar sepuluh orang jumlahnya, lalu diikuti oleh belasan orang lainnya. Prajurit prajurit infanteri marinir yang tiarap di lini paling depan yang berada dalam jangkauan tembak yang mematikan langsung melepaskan tembakan dengan gencar ke arah lawan. Lima orang pasukan fretilin langsung menggelepar berhasil dirobohkan, sisanya lari berhamburan mengambil posisi jongkok di balik pepohonan.
Tembakan balasan dilepaskan, peluru musuh kembali berdesingan menghujam tanah dan bebatuan, sembilan orang prajurit infanteri marinir yang melakukan serangan di lini paling depan tetap bertahan dalam semak-semak belukar dan di balik bebatuan. Tembakan sporadis pasukan fretilin tak henti hentinya mengarah gencar ke sana, memaksa beberapa orang prajurit infanteri marinir yang terjebak dalam semak belukar menghentikan tembakan. Tiga orang prajurit infanteri marinir yang lainnya masih tetap gencar memuntahkan peluru dari moncong senjata.
Kopral dua Wawan yang masih melakukan serangan mendapatkan sasaran tembak dalam radius yang mematikan. Lagi lagi lima orang pasukan fretilin dia saksikan berpindah posisi mengendap-endap di balik semak belukar menuju pepohonan. Kopral itu berjongkok menampakkan badan, moncong senapan mesin otomatis Degtyaref RPD kaliber 7.62 x 39 mm dia arahkan ke depan, pelatuk senjata dia tekan, peluru peluru kaliber 76.2 mm berkecepatan lebih dari 710 meter per detik langsung melejit berhamburan. Empat orang pasukan fretilin yang tengah mengendap-endap langsung meregang nyawa dengan tubuh kejang kejang, seorang di antara mereka berhasil selamat setelah melompat di balik pepohonan.
Menyaksikan empat orang pasukan fretilin terkapar dalam waktu bersamaan, kopral Wawan kini mendapat celah aman untuk kembali melakukan penekanan ke arah kubu lawan. Dengan membungkukkan badan, kopral itu terus bergerak ke depan sembari melepaskan tembakan. Baku tembak dalam jarak yang mematikan kini semakin tak terelakkan. Prajurit infanteri marinir lainnya yang berada di lini paling depan langsung menyambung tembakan kopral Wawan dengan memuntahkan peluru ke arah lawan. Desingan peluru kaliber 76.2 dari moncong senapan serbu AK-47 dalam genggaman tangan prajurit prajurit infanteri marinir tak henti-hentinya terdengar. Tiga orang pasukan fretilin kembali menggelepar terkena tembakan.
Beberapa orang prajurit infanteri marinir lainnya yang berpencar dan bertahan di balik bebatuan besar serempak bangkit dari persembunyian mengetahui lini paling depan ternyata berhasil mendesak mundur pasukan fretilin yang bertahan di sekitar kaki perbukitan. “Maju....! maju....! terus maju....!” Teriakan beberapa orang prajurit infanteri marinir terdengar bergema di tanah lapang. Berondongan peluru semakin sengit menyembur dari moncong senjata mengarah ke sepanjang area kaki perbukitan untuk memberi tembakan perlindungan bagi prajurit prajurit infanteri marinir yang melakukan penyerangan di lini paling depan.
Darah merah semakin memanas, hati menjadi buas mengetahui belasan pasukan musuh berhasil dilibas. Dua orang prajurit infanteri marinir, prajurit satu Nasrun dan prajurit dua Yoga yang tadi melepaskan tembakan dari kejauhan ikut menyelinap mendekati area kaki perbukitan sembari terus melepaskan tembakan. Nasrun tak begitu jelas melihat berapa orang di sana. “Yoga, tahu nggak siapa yang ada di depan sana?” Nasrun menahan tembakan menanyai prajurit dua Yoga yang melepaskan tembakan di sampingnya.