Surrounded (Dalam Kepungan)

Yaldi Mimora
Chapter #15

Part-15: AK-47 Tanpa Amunisi

   Rasa sakit setelah menyeruduk bongkahan batu tidaklah mengilang dengan begitu saja, bahkan terasa semakin menggila. Bagai penari kuda lumping yang kesurupan, prajurit infanteri marinir itu berjingkrak-jingkrak menahan sakit di pantatnya yang luar biasa terasa. Tak hanya itu, sembari terus berjingkrak-jingkrak, prajurit itu bahkan bersorak tak karuan. Namun dia lagi lagi apes, bongkahan batu yang terselubung rerumputan kembali terinjak olehnya. Kakinya tertekuk di sana, prajurit itu tersengat kaget, sontak dia meloncat bagai bajing loncat.

    Kaki yang tadi tertekuk kini malahan semakin tertekuk lagi, langsung keseleo dibuatnya, tentu saja luar biasa rasa sakitnya. Pergelangan kaki prajurit itu terasa bagai hampir copot, dia kembali terduduk. “Buuuuk....!” Celaka...., pantatnya yang bonyok kembali menyeruduk bongkahan batu yang tak empuk. Tak karuan lagi, untuk yang kedua kalinya prajurit infanteri marinir itu kembali mencak-mencak tak sanggup menahan rasa sakit yang semakin menyentak-nyentak. “Buset....! aduuuuh sakiiiit....! sakiiit....!” Teriak prajurit itu kembali meloncat bagai seorang pesilat.

*****

    Detik-detik yang menegangkan kini terjadi. Tanpa dia sadari, teriakannya itu ternyata telah memecah kesunyian di sekitar area lereng perbukitan. Beberapa orang pasukan fretilin yang memang telah menguasai daerah di sekitar lereng perbukitan semenjak awal penerjunan tadi mendengar teriakan Reihan. Mereka yang berhasil membunuh belasan prajurit infanteri marinir yang terjebak di sana saat berlangsungnya penerjunan mencurigai masih ada prajurit infanteri marinir lainnya yang luput dari serangan.

    Suara dua orang pria bersenjata berbicara dalam bahasa daerah terdengar tak jauh dari serumpunan pohon kapur hutan yang berada di lereng perbukitan. Reihan terpaksa menyekap mulutnya dengan kedua tangan menahan teriakan. Kedua bola matanya langsung membesar penuh curiga, dari bahasa dan logat bicara kedua orang itu jelas sekali menunjukkan bahwa mereka bukanlah berasal dari pasukan infanteri marinir yang terjerembab di sana.

    Rasa sakit di pantat bagai ditonjok kayu balok kini harus dia lupakan. Bagai seekor piton bersiap-siap menyergap mangsa, dengan senyap tamtama yang menyandang pangkat prajurit satu itu menyusup di antara rerumputan dan ilalang tajam yang bertaburan di antara pepohonan. Tumbuhan berduri yang menusuk-nusuk kulitnya tak lagi dia pedulikan. Dari balik rerumputan liar, prajurit itu langsung membeku tanpa pergerakan. Penglihatannya menajam mengamati lekuk demi lekuk lembah bukit yang terlihat dari kejauhan.

Lihat selengkapnya