Dalam kekalutan pikiran, prajurit infanteri marinir itu mencoba bangkit. Namun apes, seketika dia bangkit, seketika itu juga dia langsung menjerit. Pinggangnya terasa remuk bagai melilit, untuk berdiri saja dia merasa sulit. “Waduh sakit, buset deh....! sakiiiiiit...! sakiiit....!” Umpat prajurit itu menjerit jerit.
Rasa sakit yang terasa bukan alang kepalang, pinggangnya yang remuk bagai melilit tak bisa lagi dia gerakkan. Kedua mata mata prajurit itu kemudian berkunang-kunang memandang. Dirinya terasa ringan bagai melayang di awang-awang. Prajurit yang bernama Reihan itu pun akhirnya kembali jatuh tertelentang di pinggir jurang. Kesadarannya pun kembali terbang melayang.
*****
Keheningan di dasar jurang itu berubah gempar, sesuatu yang mengagetkan telinga mendadak terdengar. “Duaaaaaarrrrr....! duuuuummmm....! buuuuuum....!”
Suara ledakan tiba-tiba saja terdengar menggelegar beberapa puluh meter jauhnya dari dasar jurang. Reihan yang lupa ingatan menggeliat kejang-kejang ditebas kekagetan. Kesadarannya yang tadi menghilang kembali datang dikejutkan oleh dahsyatnya suara ledakan. Jantungnya yang nyaris saja tak lagi berdetak mendadak terlonjak memompakan darah menyentak-nyentak menyaingi sentakan mesin empat tak. Prajurit itu pun akhirnya tak jadi mati mendadak.
“Bedebah....!” Prajurit infanteri marinir itu berteriak gempar, tubuhnya serasa bergetar mendengar suara gelegar, ingatannya yang buyar kini seutuhnya kembali sadar.
“Baaaaah, gila beneeer....!” Umpat prajurit itu. Mata terbelalak, mulut ternganga, wajah berkeriput-keriput melihat. Dari kejauhan dia menyaksikan kobaran api dan asap hitam bertebangan di angkasa. Dia juga mendengar suara tembakan, sepertinya di sana sedang terjadi suatu pertempuran. .
“Ya Tuhan....! sebuah pertempuran....?” Lagi lagi prajurit itu tersentak setelah menyadarinya.