Surrounded (Dalam Kepungan)

Yaldi Mimora
Chapter #19

Part-19: Gonggongan Anjing Kurap

    Teka-teki mengenai jejak kaki siapakah yang tiba tiba menghilang itu belum lagi terpecahkan, mendadak muncul lagi sesuatu hal yang menyentak pendengaran Reihan. Dalam kesunyian hutan dan kerimbunan, prajurit infanteri marinir itu mendengar suara-suara aneh yang menegangkan bulu remang.

    Yang dia dengar kali ini bukanlah suara ledakan atau tembakan yang menyentak pendengaran, melainkan suara desahan napas seseorang bagai terjepit di kerongkongan, seperti halnya di saat seseorang yang tengah mengap-mengap meregang nyawa menjelang kematian. Mungkin saja ada seorang prajurit infanteri marinir yang lehernya baru saja digorok dengan pisau tajam oleh pasukan lawan. Begitu mengerikan yang terdengar, hingga mampu menegangkan bulu-bulu yang ada di sekujur tubuh Reihan.

    Benak semakin tak karuan dalam penasaran. Penglihatan prajurit itu kemudian berputar putar ke sana kemari mencari-cari dari arah manakah sebenarnya suara itu datang. Kedua bola matanya kemudian tertancap pada sesosok benda mencurigakan berwarna hitam yang terlihat bergerak turun naik di dalam kerimbunan yang berada di sisi lain tak jauh dari sebatang pohon yang tumbang. Begitu aneh terlihat, bisa jadi itu adalah seekor babi hutan atau serigala lapar yang siap menerkam. Atau...., jangan-jangan sesosok makhluk siluman yang mengerikan.

    “Haah....! apa itu....? setan atau babi hutan ya....? atau jangan-jangan lawan....?” Pikiran Reihan bercabang dalam ketakutan,.

    Semakin lama prajurit infanteri itu memandang, bulu-bulu yang ada di tubuhnya semakin merajalela pula meremang. Ketakutan dan penasaran keduanya kini membentuk suatu pergulatan yang hebat dalam benak Reihan setelah dia menyaksikan “Wah aneh....! edan...., gila...., gendeng....!” Umpat Reihan dalam kebingungan.

    Tak ingin dia mati penasaran, prajurit infanteri marinir itu memberanikan diri mendekat untuk mencari tahu benda apakah itu sebenarnya gerangan. Reihan harus menegapkan hatinya setegap mungkin agar dirinya jangan pingsan. Dalam kewaspadaan, prajurit infanteri marinir itu mendekat dengan perlahan. Semakin mendekat, benak Reihan semakin tegang, jantung berdetak semakin kencang. Beberapa kali dia harus menghirup napas panjang menguatkan dirinya agar jangan tumbang.

    “Orang...., apa tidak....? manusia atau makhluk siluman....? lawan...., apa kawan....? fretilin...., atau babi hutan....?” Gumam Reihan dengan lutut bergoyang.

Lihat selengkapnya