Senja menghembuskan napas berulang kali, mengibaskan kedua telapak tangan dan berjalan mondar-mandir. Sesekali ia melirik cermin memanjang yang terpasang di dinding, tepat di atas deret wastafel yang tersambung dengan lemari kecil sebatas perut, tempat menyimpan peralatan mandi. Ia berhenti sejenak, kembali mengambil napas lalu menghembuskannya perlahan.
"Jangan gugup, Senja! Kau sudah sangat menggoda malam ini!" semangatnya pada diri sendiri.
Ia membusungkan dadanya dan mengangkat dagu angkuh. Tali yang tersimpul pita di bagian dada, ia lepas. Lalu menyingkap belahan lingerie dengan melepas dua kancing teratas. Telapak kanannya bergerak masuk menyelinap, menangkup dada kirinya, meremasnya perlahan. Kedua matanya terpejam, bibir bawah ia gigit dan lenguhan lirih pun lolos.
"Senja! Kenapa lama sekali?"
Tetiba suara rendah itu membuyarkan kesenangannya. "I-iya sebentar, aku lagi nyemprotin parfum, Mas."
Segera, Senja menarik tangannya, ia berdeham guna membersihkan sesuatu yang terasa mengganjal di tenggorokan. Padahal, itu hanya ilusi ciptaannya, buah dari kegugupan yang melanda. Senja menyisir rambutnya dengan jemari kemudian menepuk-nepuk lingerie merah transparan yang sengaja ia pesan dari Victoria's Secret untuk malam istimewanya.
"Ayo, Senja! Kau harus membuat Mas Surya ketagihan dengan permainan ranjangmu!"
Wanita cantik yang terlihat cukup menantang itu pun keluar dari kamar mandi setelah cukup lama membuat suaminya menunggu.
Ia melangkah dengan gemulai, berusaha menciptakan kesan seksi. "Mas ..." panggilnya mendayu.
Surya yang setengah berbaring dengan ponsel di tangan, menoleh. Seketika, tubuhnya meremang. Sontak ia terbangun lalu menon-aktifkan ponsel dan menyimpannya di laci nakas samping ranjang.
"Bagaimana penampilanku, Mas?" rayu Senja. Belahan atas lingerie ia singkap semakin lebar.
"Kenapa harus memakai baju sialan itu, Sayang? Telanjanglah seperti biasa!"
Senyum yang Senja pasang perlahan luntur, ia mengernyit. Apa maksud perkataan Surya? Ini malam pertama mereka. Kapan dirinya pernah telanjang di hadapan Surya?
"Se ...perti biasa ...nya?"
"Oh!" Gugup Surya.
Ia buru-buru meraih pergelangan tangan Senja dan membanting tubuh Senja lembut ke atas ranjang. Mengungkung tubuh mungil itu dengan tubuh tegapnya.
"Iya. Seperti biasanya saat kau hadir dalam mimpi-mimpi panasku."
"A-apa, Mas?"
Kedua mata mereka bertemu, Surya menatap lekat Senja. Sorotnya begitu membara, ada gairah pekat menyala di kedua bola kelam itu. Senja menelan ludah kepayahan, jantungnya bertalu. Sekujur tubuhnya seolah tersengat bara panas, memberikan sensasi asing nan menyenangkan.