"Lama tak bersua, pendek! Bagaimana kabarmu?"
Senja berdecak mendengar panggilan itu. Ia hampir melupakannya. Hanya satu orang yang berani mencemooh dirinya dengan panggilan 'pendek'. Satu orang itu sedang berdiri di hadapannya sembari mendekap mesra seorang mungil lain seperti dirinya.
"Ck! Jangan panggil aku pendek! Lihat siapa yang kau peluk!" Senja memalingkan muka, sedikit kesal. "Dia juga tak kalah pendek dariku," ucapnya lirih.
Namun, ucapan itu masih mampu terdengar oleh dua insan yang sengaja mengumbar kemesraan di depannya. Mereka terkekeh. "Arya mempunyai nama panggilan kesayangan tersendiri untukku, Senja," ujar Lisette.
"Apa?" Senja menaikan dagu angkuh. Ia mengumpat dalam hati menyadari betapa masih tetap jangkungnya si mantan.
"Mungil," pamer Lisette. Ia meraih tengkuk Arya agar pria itu merunduk, sehingga mereka bisa kembali berciuman.
Senja menghentakan kedua kaki melihat adegan mesra yang dipertontonkan. Itu seperti disengaja. Mereka sedang pamer. Cih! Seandainya Surya berada di sini, Senja pasti akan membalasnya. Memutar bola matanya jengah, Senja pun memutuskan untuk kembali duduk di tempatnya semula. Berhadapan dengan Damian Rossi yang terkekeh geli melihat tingkahnya.
"Kau menggemaskan, mungil," reaksinya.
Senja melotot, "aku bukan si mungil!"
"Iya benar juga! Kau itu si pendek!" Tawa Damian menggelegar, membuat Senja makin keki dan sepasang insan di belakang tubuhnya akhirnya menyudahi kemesraan mereka.
"Jangan menggodanya, Damian!"
Arya menepuk bahu Damian, meng-kode pria flamboyan itu untuk berhenti. Ia mengambil duduk di seberang Senja, lalu menarik Lisette agar duduk di pangkuannya. Wanita itu menyamankan posisi dengan mengalungkan kedua lengannya mengitari leher Arya. Kepala ia telusupkan di ceruk leher Arya. Hal ini membuat Senja serasa berkaca.
Lisette adalah dirinya dulu ketika ia dan Arya berpacaran. Tubuh mungil, wajah cenderung manis ketimbang cantik. Sedikit naif dan manja. Ia senang merajuk, membuat Arya nyaris kehilangan kewarasan karena sikapnya yang terlalu sering ngambek.
"Jadi, bagaimana kau bisa sampai kemari, Senja?"
Senja menegakan badan. Ia belum mempersiapkan sebuah dalih. Tidak mungkin juga ia mengatakan sedang berburu wanita kedua alias orang ketiga dari hubungan Kelam dan kekasihnya.
Ah! Kelam dan Arya kan bersaudara! Sungguh suatu kebetulan bertemu mereka pada satu tempo yang nyaris berdekatan. Senja juga masih tidak percaya bisa bersua kembali dengan mantan pacarnya, Arya Wicaksono. Pantas saja, instingnya mengatakan sesuatu familiar saat melihat hidangan medovik.
"Bagaimana kalian bisa berpacaran?" Alih-alih menjawab pertanyaan Arya, Senja malah mengalihkan pada topik bahasan lain. Lagipula, ia juga penasaran.