Jakarta 1993,
Rina berhasil lulus dari SD nya, dengan mendapatkan NEM (Nilai Ebtanas Murni) tertinggi, karena memang Rina tergolong anak yang cerdas dikelasnya, dan dia berhasil masuk ke SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggalnya, berbeda dengan Sari yang saat itu tidak diterima di SMP Negeri karena NEM nya yang kurang dan hanya bisa mendaftar di SMP Swasta.
Siang itu sekitar jam 2 siang, Rina dan Ibunya pergi ke Pasar Koja, sebuah pasar tradisional yang juga menjual bermacam-macam kebutuhan sandang dan pangan, yang jaraknya tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Mereka naik angkutan umum Bemo (Kendaraan Bermotor Roda Tiga), untuk membeli baju seragam sekolah, sesuai saran dari gurunya di sekolah, karena pihak sekolah tidak menyediakannya, beda dengan sekolah Sari, yang mewajibkan semua murid baru untuk membeli baju seragam di koperasi sekolahnya.
Ketika mereka sudah sampai di rumah, Bu Ami menaruh dompet yang sudah sedikit usang, kedalam laci lemari pakaiannya, dan mengganti baju yang dikenakannya dari pasar dengan daster panjang semata kaki berlengan pendek, yang sudah sedikit sobek dibagian bawahnya, lalu bergegas untuk bergantian menjaga warung dengan Kakek, karena sudah waktunya istirahat dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
Rina duduk di bangku panjang dengan posisi kaki diluruskan ke depan, sambil menarik napas karena lelah berjalan kaki bersama ibunya di lorong pasar untuk mencari baju seragam sekolah, dia menyenderkan bahunya disandaran sofa, yang sebagian busanya sudah banyak terkelupas karena sudah lama, baju seragam sekolah yang baru dibelinya dipasar, masih terbungkus rapi didalam kantong plastik tebal bertuliskan"Toko Harapan Jaya" tergeletak diatas meja.
Tiba-tiba Rina dikagetkan dengan suara Ibunya yang berteriak histeris sambil menangis dari arah warung.
"Ya Allah....ngga mungkin, Maaaaaas," sontak Rina berlari dengan cepat keluar dari rumahnya bergegas ke arah warung.
"Kenapa Bu? ada apa?"
Namun saat itu Rina melihat Ibunya sudah terduduk lemas dilantai ubin yang berwarna abu-abu sambil menangis histeris, Rina kebingungan, karena disitu juga ternyata sudah ada Pak Robi, mandor ditempat ayahnya bekerja, dan Kakek yang juga tertunduk sedih duduk dibangku.
Rina menghampiri Ibunya, "Bu, Ayah kenapa?"