Desember 1996,
Surya diterima bekerja sebagai operator produksi, disebuah pabrik elektronik yang cukup besar, dikawasan Industri MM 2100, tepatnya didaerah Cibitung, Jawa Barat.
Surya harus bolak-balik ke Jakarta - Cibitung, dengan menaiki sebuah bus hiba utama, yang disediakan oleh perusahaan tempat ia bekerja, tapi ada sebagian teman Surya yang tinggal disebuah mess karyawan, yang juga disediakan oleh perusahaannya.
Surya memang memilih untuk bolak-balik saja, karena jika libur kerja dia bisa membantu berbelanja barang dagangan yang sudah habis untuk dijual diwarungnya.
Ia anak lelaki yang penurut, Ia sadar Ibunya sudah meninggal dan hanya punya Kakek Adam, ayahnya, dan kedua kakaknya, yaitu Ibu Ami dan Pakde Sarip.
Hari Sabtu ini dia tidak kerja, karena produksi barang sedang sepi, jadi ia bisa istirahat dirumahnya. Tapi pagi itu Bu Ami sedang sakit, jadi Surya menggantikannya pergi berbelanja ke agen langganan dipasar dengan mengendarai sepeda motor yang biasa digunakannya berbelanja.
Tidak sampai sepuluh menit waktu perjalanan, Suryapun sudah sampai dipasar, setelah memarkir sepeda motornya tepat didepan agen sembako milik Nainai Li Mei.
Surya langsung berjalan kedepan toko dan berdiri didepan etalase, sambil merogoh kantong celana jeansnya yang sudah dipotong sebatas dengkulnya, untuk mengambil selembar kertas yang sudah ditulis daftar belanjanya, yang langsung ia berikan ke anak buah Nainai Li Mei yang sedang berdiri dietalase bagian dalam.
Nainai Li Mei sedang duduk didepan meja kasir yang menegur Surya dengan logat Cinanya, "baru keliatan Sur, kemana aja lu, sehat?"
"Alhamdulillah sehat, sekarang Saya udah kerja Ci, jadi jarang belanja," dijawab Surya sambil tersenyum.
"Lah emaknya Rina kemana? biasanya dia yang belanja?" tanya Nainai Li Mei lagi.