Susuk Wanita Malam

Annisa Novianti
Chapter #1

Part 1

"Kamu siap menerima konsekuensinya?" tanya wanita tua di hadapanku.

Dia adalah dukun yang diperkenalkan temanku tempo hari. Teman sesama wanita malam itu memberi jaminan bahwa dukun ini sangat sakti. Ia lah yang bisa membantuku untuk membalaskan dendam. Nyi Kasmah namanya.

Aku menelan ludah dengan susah payah, kemudian mengangguk lemah.

Rasa dendam yang telah mengakar kuat, membuatku tak menghiraukan apapun yang sekiranya bisa menghalangi tujuanku.

"Termasuk menyediakan tumbal seorang gadis perawan setiap malam bulan purnama?" tanyanya lagi dengan penuh kesungguhan.

Lagi, aku mengangguk. Bahkan lebih mantap dari sebelumnya.

Kemudian ia tersenyum dan memberi isyarat agar aku berbaring di dipan yang telah dialasi oleh tikar anyaman bambu dan kain kafan. Di atasnya telah ditaburi bunga tujuh rupa yang wanginya begitu menusuk hidung begitu aku membaringkan diri di sana.

Segera disingkapnya kain jarik yang membalut tubuh ini, hingga menampakkan apa-apa yang selama ini aku sembunyikan dengan rapat.

Refleks tanganku aku silangkan untuk menutupi area sensitif yang terpampang dengan jelas. Meski aku seorang wanita malam yang tubuhnya sering kali dilihat bahkan dijamah laki-laki hidung belang, namun terus terang kali aku merasa risih.

Dengan perlahan Nyi Kasmah menyingkirkan tanganku, lalu disimpannya di samping tubuh. Kemudian ia meletakkan piring kuningan yang di atasnya terdapat bunga kantil juga susuk yang nantinya akan dipasang di sekujur badan yang aku inginkan.

Nyi Kasmah menyalakan kemenyan yang baunya langsung menyeruak. Pun asap pekat yang langsung membumbung memenuhi ruangan sempit ini, membuat paru-paruku harus bekerja ekstra keras menghirup oksigen yang telah tercemar.

Ia duduk bersila tepat di pinggir tubuhku, mulutnya terdengar merapalkan mantra dengan lirih yang langsung membuat bulu di seluruh tubuhku meremang. Tanpa suara ia bangkit dan mengambil sesuatu di atas piring kuningan itu.

"Apa pun yang terjadi, sesakit apapun rasanya, tahan saja. Atau ritual ini batal!" Ia memberi peringatan. Mulutnya yang menyeringai sungguh membuatku tidak nyaman.

Lihat selengkapnya