Santika membuka matanya dengan rasa malas yang masih hinggap, kasur memang hal paling nyaman untuk bermalas – malasan. Dia telah berada di rumah paling bersejarah bagi keluarganya, rumah eyang. Sudah tiga hari disini karena sepupunya melangsungkan pernikahan dan karena ada jeda masa libur satu minggu untuk mempersiapkan diri sebelum ujian akhir semester maka dia ingin disini lebih lama.
Santika menoleh ke arah ponsel genggamnya yang menampilkan nama seseorang yang sangat dia cintai. Ingin sekali melihat pesan apa yang dia kirimkan tetapi dia masih belum siap untuk melihat. Santika masih memikirkan ketika akan memasuki gerbang waktu, dia ternyata mengingat semua kejadian di Desa Chandika. Ketika dia bangun empat hari lalu berada di rumahnya di Kota Loloh, entah bagaimana bisa berada disana dia pikir semua itu adalah mimpi panjang yang sangat melelahkan. Beberapa saat kemudian ponsel genggamnya berdering, terlihat orang yang sama menelepon sebanyak tiga kali, tanpa berfikir macam – macam dia angkat.
“Hallo Santika.” Suara laki – laki yang dia kenal dan hanya beberapa waktu bersamanya terdengar pelan.
“Hai Kak Askara.” Jawab Santika.
“Kamu sudah sampai rumah dengan selamat?” Tanya Askara, suara lelaki tadi dengan nada khawatir.
“Iya Kak. Bagaimana Kakak tahu aku di rumah?”
“Iya tahu.” Jawabnya singkat Askara.