Terjerat kuat dalam kebencian membuatnya berlarut-larut dengan dendamnya. Dendam yang memang sudah seperti turun temurun dari keluarganya atau bahkan negerinya.
Menjadi pembenci sebenarnya memang tidak ada dalam kamus hidup Anna. Terlihat dari dirinya yang begitu menyukai perdamaian dan interaksi manis dari satu sama lain. Ya, begitulah kira-kira yang dapat disimpulkan sebelum netra cokelatnya melihat suatu kejadian yang menurutnya terlalu sadis.
"Ayah, aku tidak dapat melihatnya lebih jauh, aku—"
"Kau harus melihatnya, sebab ini akan menjadi masa depan negerimu."
Entah mulai dari mana atau kesalahan siapa. Tidak ada yang berani mengajukan, tetapi perlahan-lahan namun pasti ... satu sifat buruk mulai hinggap di hati Anna.
***