Sweet Ambition

Akira Tan
Chapter #3

Bagian 2

Tidak semua orang bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik.

***

"Yang mana orangnya?" tanya cewek berambut sepunggung celingukan. Banyaknya para murid yang sedang berolahraga menyulitkannya menemukan seseorang.

"Kurus pendek dengan rambut kucir kuda di samping cowok cakep bermata sipit."

Cessa melengos mendengar kalimat terakhir Renata. Sahabatnya yang satu itu memang tidak pernah bisa mengabaikan cowok tampan. Ia membenarkan posisi berdirinya setelah menemukan sosok yang dicari.

"Yakin cewek yang kemarin dibonceng Dennis itu dia?" Cessa memastikan sekali lagi. Cewek bernama Renata atau bisa disapa Rere itu mengangguk. "Namanya Anggita, dia temen sekelasnya adik mantan gue."

"Ribet amat," ujar Cessa.

"Kalau mau lakuin sesuatu, mending jangan deh. Masih kebayang marahnya Aden minggu kemarin saat lo ngancem si Gelsa." Rere bergidik ngeri. Dennis itu kadang jail dan petakilan, tapi kalau sudah berhadapan dengan Cessa auranya beda lagi. Me-nye-ram-kan.

"Itu karena kemarin lo salah ngasih info," elak Cessa tak ingin disalahkan. Jelas Rere mengatakan kalau cowok itu sedang dekat dengan cewek dan kebetulan melihatnya sedang bersama Gelsa. Padahal mereka hanya sedang membahas seputar ekskul.

"Gue takut salah lagi, kali aja Aden cuma nganterin tuh anak karena searah." Rere mengikuti isyarat sahabatnya untuk meninggalkan lapangan.

Cessa membenarkan dalam hati. Ia harusnya tidak kebakaran jenggot mendengar Dennis mengantar cewek.

"Sampe sekarang gue ngerasa aneh deh," ujar Renata menatap sahabatnya. "Lo beneran lakuin ini karena gak suka liat Aden bahagia atau ada hal lain?"

"Hal lain?" Cessa terkekeh. "Imajinasi lo terlalu tinggi kayaknya."

Renata menaikan sebelah alis, menatap Cessa yang berbicara tanpa memandangnya, malah sibuk dengan ponsel ditangannya. Ia dan Davina sebenarnya tahu, tapi mereka membiarkan Cessa mengaku dengan sendirinya.

"Tuh yang diomongin lagi jalan ke sini." Rere menggerakan dagu pada dua cowok yang berjalan berlawanan arah.

Cessa mengibaskan rambutnya, melangkah riang. "Hai Diran!"

Diran balas menepukan tangannya pada telapak Cessa. "Hai juga Incess! Kok keliaran di luar?"

Cessa dapat mendengar decihan dari cowok di samping Diran. Namun, ia tetap mempertahankan senyumnya. "Di kelas berisik, lagian bu Endang juga gak masuk." jawabnya ringan. Cowok itu mengangguk, lalu melirik sahabatnya. "Den lo kenapa dah diem terus?"

Dennis melirik tak suka ke arah Cessa. "Tiba-tiba aja mual."

Cessa mendengkus sinis. Sedangkan cowok itu balas melemparkan tatapan tajam. Kalau sudah seperti ini, dua orang lain di dekat mereka harus siap siaga.

Diran dengan sigap merangkul bahu Dennis yang hendak mendekat. Renata sendiri langsung bersuara, "Ces, gue kebelet nih. Anterin ke toilet yuk!"

Cessa hendak menolak, tapi Renata segera menariknya pergi. Cewek itu kemudian menatap bingung Renata yang membawa ke kelas. "Loh katanya mau ke toilet?"

"Apa lo gak capek?" tanya Renata tak nyambung.

Cessa yang paham ke mana arah pembicaraan sahabatnya berbalik melanjutkan langkah. "Gue gak lagi lari-larian."

"Sembunyi," tekan Rere. "Apa susahnya mengakui itu? Sikap lo yang kayak gini malah ngebuat dia makin menjauh."

Cessa menatap tajam cewek dengan rambut bergelombang tersebut. "Re, tau apa lo tentang perasaan gue?"

***

Cessa menatap tajam gambar yang baru diunggah Dennis di instagramnya. Hanya tangan perempuan yang sedang memegangi novel, berdekatan dengan sebelah tangannya yang memegang pulpen. Sesuatu dalam dadanya terasa panas membaca caption yang ditulis cowok itu.

Untuk kita yang secepatnya akan menjadi nyata.

Kedua tangannya terkepal membaca komentar berisi godaan-godaan pada cowok itu dan cewek yang belum diketahuinya.

Cessa menggebrak mejanya membuat Davina yang baru terlelap terperanjat. Mengabaikan keterkejutan sahabatnya, ia berjalam keluar kelas menuju tempat di mana Dennis berada.

Perpustakaan.

Memasuki ruangan tersebut, Cessa berjalan melewati rak berisi buku-buku yang seketika membuatnya mual. Cessa tidak suka membaca. Ia lebih menyukai aktivitas di luar ruangan yang membuatnya bergerak bebas.

Cewek itu memperhatikan beberapa siswa yang sedang fokus pada buku masing-masing.

"Eh, Cessa?"

Cessa mengernyit, mendapati teman sekelasnya yang hampir ia tabrak karena berjalan meleng.

Lihat selengkapnya