Sweet Ambition

Akira Tan
Chapter #10

Bagian 9

Jangan datang lagi. Jangan pernah.

***

Suasana koridor di jam pertama sangat sepi. Tumben sekali seluruh murid betah di dalam kelas. Berbeda dengan Cessa yang selalu mencari alasan untuk keluar ruangan. Seperti sekarang, ia ijin ke koperasi untuk membeli pulpen.

Langkahnya memelan mendapati Dennis berjalan dari arah berlawanan. Menarik nafas dalam, ia lanjut berjalan, berpura-pura tak melihat. Tanpa diduga cowok itu menghalanginya. Cessa sudah siap menerima tumpahan amarah Dennis tentang ketidaksopanan Ratuna kemarin.

"Kata bu Sirly, jam ketiga nanti dateng ke ruangan tari."

Cessa mendongkak, terang-terangan memandangi Dennis. Tanpa tatapan kebencian yang sering dibuat-buat.

Merasa jengah, Dennis memalingkan muka. "Lo gak tuli, kan?"

Mengerjap, Cessa berdehem pelan sebelum menjawab dengan ketus. "Enggak!"

Puas dengan jawabannya, cowok itu berjalan menuju kelas. Cessa sendiri hanya tersenyum kecut. Bodoh sekali ia yang semakin jatuh pada Dennis dengan segala sikap buruknya.

Hingga saat jam ketiga tiba, Cessa sudah berada dalam ruangan yang yang dimaksud. Di sana, guru sekaligus pelatihnya sedang berbicara serius dengan Dennis.

"Kamu sudah datang ternyata." Ucapan Sirly membuatnya mendongkak. Cessa memaksakan senyum.

"Ada apa ibu manggil saya?" tanyanya to the point. Sirly menepuk dahinya, mengambil paper bag dan menyodorkan padanya. "Itu baju buat photoshoot. Ibu kemarin lupa gak ngasih tau makanya bawa baju adik ibu, ukuran badan kalian sama kayaknya deh."

"Photoshoot? Maksudnya?"

Melihat Cessa yang masih tak paham, Sirly menepuk bahu cewek itu. "Jadi gini, setiap peserta harus nyiapin foto terbaiknya buat dipajang nanti kalau masuk final dan ibu yakin, kamu bakal lolos di tahap penyisihan besok."

Perkataan sang guru seperti sebuah kekuatan yang membuatnya semakin bersemangat.

"Tapi ... apa harus hari ini banget pengambilan gambarnya bu? Saya belum siap dan-"

"Cessara," potong Sirly dengan senyum menenangkan. "Gak usah khawatir. Ibu udah nyiapin semuanya. Kamu tinggal ganti baju, nanti ibu make up-in sedikit biar gak pucet. Lagian buat fotografernya 'kan udah ada Aden yang selalu siap siaga bantuin kita."

Cessa refleks menoleh pada Dennis menatapnya tanpa ekspresi. Tak ada pilihan lain, ia akhirnya pamit untuk mengganti baju.

Tak lama kemudian Cessa sudah kembali. Ia pikir, gurunya akan meminjamkan sebuah gaun ternyata hanya baju atasan berbahan rajut. Tsk. Sefrustasi itukah dirinya sampai berkhayal dapat membuat Dennis terpukau dengan pakaian yang dikenakannya? Inget Ca, lo mau dance bukan fashion show.

"Cessa jangan gerak-gerak, mascaranya masih basah loh ini."

Teguran Sirly membuatnya meringis disusul permintaan maaf.

"Sekarang tinggal dipakein lipstik," ujar sang guru memilih beberapa warna yang cocok. Cessa sendiri memanfaatkan hal tersebut untuk mencuri pandang ke arah Dennis. Cowok itu sedang sibuk dengan kameranya.

"Lihat, Cessa cantik banget 'kan Aden?" tanya Sirly yang puas dengan hasil keterampilan tangannya.

Pertanyaan Sirly mengejutkannya. Diliriknya Dennis yang tampak tertegun sebelum kemudian memalingkan muka. "Iya, semua perempuan emang cantik."

Terdengar dengkusan. Sirly bersedekap dada. "Semua perempuan memang cantik, tapi- ah ya sudahlah. Kenapa juga ibu harus komplen masalah begini? Toh selera orang beda-beda. Cuma gak habis pikir sih, ibu aja yang sesama perempuan liat Cessara terpukau gini, masa kamu sebagai laki-laki biasa aja?"

Dennis hendak menyela, tapi mengatupkan kembali bibirnya. Cessa yang berusaha menyembunyikan wajah meronanya karena pujian sang guru berdehem. "Mau mulai sekarang pemotretannya bu?"

"Ah, iya yuk langsung aja." Sirly menarik tangannya. Setelah menyuruh Dennis mempersiapkan kamernya ia kembali menatap Cessa. "Kamu udah punya pacar belum? Ibu punya sepupu loh, dia udah kuliah. Baru semester tiga, gak jauh beda usianya sama kamu. Mau dikenalin gak?"

Penawaran menggiurkan sebenarnya. Melihat raut cantik guru muda di depannya, besar kemungkinan kalau sepupunya juga tak kalah tampan. Ada keinginan untuk mencoba berkenalan, tapi sekelebat bayangan Caraka dengan raut marahnya membuatnya sadar, ia tak bisa melepaskan rantai tak kasat mata dari cowok itu.

"Saya ... saya udah punya pacar bu," gumamnya pelan dengan melirik ke arah Dennis yang terlihat fokus pada kamernya. Namun, ia dapat melihat senyum sinis yang tersungging di sana. Cessa tau kalau cowok itu mendengar pembicaraan mereka dan itu membuatnya tidak nyaman.

"Yah berarti belum jodoh, tapi kalau kamu gak jadi sama dia bilang ya?"

Iya, semoga gak jadi bu. Cesaa ikut menyemogakan dalam hati.

"Ya udah deh sekarang kamu duduk di sini. Jadi pengambilan gambarnya cuma setengah badan aja. Ibu sengaja rias kamu senatural mungkin tapi tetep keliatan aura idol nya kok." Canda Sirly menata rambutnya dan membenarkan pose Cessa yang tampak kaku. "Santai aja, gak usah tegang."

Cewek itu berusaha mengikuti intruksi, tapi mengingat siapa yang orang di depannya, Cessa jadi susah berkonsentrasi.

Lihat selengkapnya