Sweet Ambition

Akira Tan
Chapter #12

Bagian 11

Kamu tidak penah tau seberapa besar aku berlari dari rasa bersalah ini.

****

Adakalanya Cessara menyesali apa yang telah dilakukannya pada beberapa cewek yang dekat dengan Dennis. Wajar. Dia juga manusia yang punya hati. Ini bukan hanya tentang obsesinya, melainkan luka yang pernah ditorehkan padanya.

Dulu setelah mendengar perkataan menyakitkan dari mulut Dennis dan teman-temannya, Cessa sempat menjauh. Namun, Dennis sendiri yang mendatanginya, mempertanyakan alasan dirinya berubah meski ia tidak memberi jawaban pasti.

Menekan lukanya, Cessa menyerah dan kembali menjadi sahabat cowok itu. Berusaha melupakan perkataan menyakitkan yang terus menghantuinya. Siapa sangka kalau Dennis kembali melukainya dengan cara berbeda.

Citra, Citra dan Citra.

Selalu nama itu yang Dennis sebut dalam setiap pembicaraan mereka. Dennis seolah lupa siapa yang rela kehujanan hanya untuk membawakan payung karena cowok itu alergi dingin. Esoknya Cessa demam dan tidak masuk sekolah selama tiga hari. Bahwa sebodoh apapun dirinya, Dennis selalu menyalin tugas atau menyontek padanya saat ulangan.

Cessa tidak perhitungan. Ia hanya tidak suka Dennis melupakannya. Kedekatan keduanya menciptakan ketakutan. Cessa berusaha mempertahankan cowok itu meski akibatnya membuat hidup orang lain hancur. Termasuk hidupnya sendiri.

"Kamu mengerti, kan?"

Cessa terkesiap. Ia merutuk dalam hati. Bisa-bisanya melamun saat Sirly menjelaskan peraturan untuk kompetisi lusa. Anggukannya membuat sang guru tersenyum. Setelah merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Cessa pamit untuk lanjut berlatih.

Matanya memicing mendapati Leana sedang berjalan ke arahnya. Tak menyia-nyiakan kesempatan, ia menghampiri cewek itu.

"A-ada apa?" Leana tampak terkejut dengan kehadirannya.

"Kenapa lo harus keras kepala?" tanya Cessa tanpa basa basi.

Leana mencengkram ujung seragamnya. Cessa membuat hari-harinya tak tenang. Peringatan, sindiran atau delikan tajam saat mereka berpapasan terasa menyiksanya. Padahal ia mulai merasa nyaman bersama cowok itu.

"Cessa, sorry sebelumnya kalau lo ngerasa tersinggung. Gue cuma mau bilang kalau cara lo salah buat dapetin Aden."

Cessa mendelik tak suka. Jujur saja ia sempat terkejut dengan penuturan tak terduga Leana. "Atas dasar apa lo bilang kayak gitu? Gak usah sok tau deh! Gue cuma gak mau liat Dennis seneng."

"Oh ya?" Raut polos Leana saat menanggapi ucapannya membuat Cessa kesal. Entah apa yang Dennis katakan hingga cewek di depannya menjadi lebih berani. "Lo suka sama Aden?"

Leana membasahi bibirnya yang terasa kering. "Apa ... salah kalau gue suka sama dia?"

"Jelas!" seru Cessa cepat. Tak lama kemudian ia mengerjap dan tergagu. "Lo tau sendiri kalau-"

"Adiknya Aden gak suka sama gue ya?" Leana memotongnya. Nada suaranya masih terkesan ramah. "Itu gak masalah. Tapi Ces, gue minta satu hal, tolong berhenti. Gue pingin hidup tenang kayak sebelumnya."

Cessa mengatupkan bibirnya. Tatapan penuh permohonan cewek itu membuatnya terenyuh. Padahal ini tidak ada dalam bagian rencananya.

"Kita temen, gak seharusnya kayak gini cuma gara-gara cowok."

Cessa dibuat bungkam oleh perkataan cewek itu. Ia memperhatikan Leana yang berbalik untuk pergi. Tak sengaja tatapannya tertuju pada lantai, Cessa menarik lengan Leana kuat hingga cewek itu terkejut, refleks mendorongnya hingga terdengar bedebum keras.

Leana menutup mulutnya melihat Cessa merintih kesakitan. Menahan sakit di kakinya, ia menatap Leana tajam. "Apa yang lo lakuin?"

Teriakan Cessa menggema di koridor. "Gila lo ya!"

"Ma-maaf Ces, abis lo tadi tarik gue." Leana menampakan raut bersalah yang kentara. "Gu-gue tau gue lancang, ta-tapi l-lo juga gak seharusnya kasar sama gue."

Mata Cessa membola, "Jadi lo kira gue bakal-"

"Lo mau nyakitin gue, kan?" potong Leana cepat. Ada raut ketakutan di wajahnya.

Menahan rasa kesalnya, Cessa hendak berdiri untuk menghampiri cewek itu, tapi rasa ngilu di pergelangan kaki membatasi pergerakannya. Cesaa tak mampu berdiri.

"Argh sialan!" umpatnya hingga Leana seketika mundur, wajahnya sudah pucat pasi. "Maaf Ces, lo sendiri yang-"

"Ada apa ini?"

Suara itu membuat keduanya menoleh. Dennis berjalan cepat ke arah Leana, menatap dengan penuh khawatir. "Lo gak papa? Dia ngapain elo?"

Bolehkah Cessa tertawa keras? Dirinya yang tengah meringis kesakitan dan cowok itu malah menanyai Leana yang baik-baik saja.

Lihat selengkapnya