Jadi siapa yang menang?
***
Cowok itu melangkah dengan tak semangat. Pembicaraan lewat telepon tadi malam dengan sosok yang disukainya membuat ia tidak bisa tidur sampai pagi.
Hatinya sakit, tapi ia tidak bisa melakukan apapun untuk menahan cewek itu tetap berada di sampingnya. Percakapan dua perempuan di lorong yang jarang dilewati membuatnya tertarik untuk mencuri dengar. Terlebih saat ia tahu salah satu dari mereka.
"Kenapa lo lakuin ini?" Cewek dengan tinggi badan standar itu menatap kecewa pada sosok di depannya.
"Maaf, Le. Abis gue ... gue kesel. Gue gak terima lo digituin sama dia." ucapnya penuh sesal.
"Iya tapi gak seharusnya juga lo sebarin itu. Gue cerita karena percaya lo gak bakal bilang sama siapa-siapa."
"Le, gue bener-bener minta maaf."
"Gue harus bilang apa sama Dennis? Gue juga ngerasa bersalah banget sama Cessa, Div. Lo harusnya gak gegabah." Leana tampak frustasi.
Cewek bernama Diva itu masih saja melontarkan kata maaf hingga Leana tidak dapat melakukan apapun lagi selain menganggukan kepala dan menyuruh temannya kembali ke kelas.
Leana mendesah pelan, menyesali keputusannya untuk menceritakan perlakuan Cessa juga masa lalu cewek itu pada sahabatnya. Ia membalikan badan setelah Diva berlalu, tapi kehadiran seseorang membuat matanya membeliak. "S-Sam?"
"Jadi lo orangnya?" Samudra menggelengkan kepala tak menyangka. Ia tahu bukan Leana yang menyebarkan gosip tersebut. Namun, secara tidak langsung cewek itulah penyebabnya.
"Sam g-gue gak bermaksud. Gue... gue gak tau kalau Diva bakal nyebarin itu. Maaf, Sam." ucap Leana dengan nada bergetar.
"Maaf?" Samudra terkekeh sinis, lalu melangkah semakin mendekati Leana yang semakin menciut. "Lo salah minta maaf sama gue. Gue kira cewek sekalem elo gak bakal comel, ternyata dugaan gue salah."
"Sam, gue beneran gak sengaja. Diva biasanya gak kayak gini, dia bisa nyimpen rahasi-"
"Dan apa gak cukup dengan lo nyimpen rahasia itu sendiri?! Lo gak bego 'kan buat bedain mana yang harus lo ceritain ke orang dan enggak?" Bentaknya membuat Leana seketika terisak. Cowok itu biasa bersikap ramah dan melihat amarah Samudra, Leana merasa ketakutan.
"G-gue hiks, gue-"
"Apa? Karena kebodohan lo itu, lo buat hidup Cessa berantakan dan ...," Samudra mengetatkan rahangnya. "Apa bisa lo kembaliin semuanya seperti semula?"
Leana menggelengkan kepala dengan nafas yang tercekat. Ia tidak mampu menjawab karena tidak tahu harus melakukan apa selain meminta maaf pada cewek yang ia lukai tanpa sengaja.
"Sam, gue-"
"Diem!" Samudra menunjuk wajah Leana, "Gue gak butuh penjelasan apapun lagi. Air mata lo gak akan buat gue luluh."
Setelah itu Samudra berbalik, mengabaikan perasaan bersalah karena sudah membentak teman sekelasnya. Ia sudah terlanjur emosi. Cowok itu tidak akan mentolelir siapapun yang membuat Cessa terluka.
***
"Lea?"
Leana yang masih berdiri di tempat tadi terkejut dan langsung membelakangi Dennis yang berjalan cepat ke arahnya. Cewek itu menghapus air matanya, tapi Dennis menarik lengannya agar berbalik.
"Lo nangis?"
Berusaha tersenyum, Leana menggelengkan kepala. Namun, air matanya malah kembali jatuh.
"Lea, siapa yang buat lo nangis?" Dennis memegangi kedua bahunya. Leana sempat mengelak, tapi cowok di depannya terus memaksa.
"D-Den," lirih Leana.
"Apa? Siapa orangnya?"
Leana berusaha menahan isakannya dan mengatakan sesuatu meski sulit. "Sa-Samudera, tadi-"
"Jadi Samudera yang udah buat lo nangis?" potong Dennis emosi. Leana menggeleng, menahan lengan cowok itu yang hendak pergi. "Eng-enggak gitu. Maaf, Den. Se-sebenernya-" Leana tidak sanggup. Antara rasa bersalah yang begitu besar juga tanggapan cowok itu setelah ia mengatakan yang sebenarnya.
"Kalau dia gak ngapa-ngapain, lo gak mungkin sampe nangis kayak gini Lea."
Leana menghapus lagi cairan bening di wajahnya. "Gak gitu. Sa-Samudera cuma-"
"Sekarang dia ke mana?" potong Dennis tak sabaran. Perasaanya beberapa hari ini sangat kacau dan melihat Leana menangis membuat emosinya dengan mudah tersulut.
"Den-"
"Leana!" Cowok itu menatap Leana tajam. "Di mana Sam?"
Tak ada jawaban, Dennis memutuskan mencari cowok itu. Bahkan Leana yang memanggil dan mengejar langkahnya tak membuat dirinya berhenti.