Sweet Ambition

Akira Tan
Chapter #21

Bagian 20

Yakin tidak akan menyesal nantinya?

***

"Thanks ya, Zi." Cessa turun dari motor sport Ziandra dan kembali berujar, "Harusnya yang lo anterin 'kan Adis."

Cowok itu berdecak. "Dia udah sama gebetannya. Udahlah mending sana lo masuk, gak usah banyak omong."

Cessa menaikan sebelah alisnya karena suara Zian yang berubah ketus. Ia hendak melangkah ketika mendapati ribut-ribut dari rumah tetangga depan rumahnya. Bahkan Cessa dapat melihat beberapa motor berjejer rapi.

Tak lama kemudian pengurus rumahnya juga keluar dari sana bersama Firda. Mereka tampak bercakap-cakap. Entah apa yang dibicarakan sampai ibu dari Ratuna memegangi tangan Mia diiringi raut sedih.

"Kenapa Cess?"

"Ha-ah?" Cessa terperanjat, lalu menggeleng. "Eng-gak gak papa kok."

"Ada apa sih kok kayak rame banget?"

Pertanyaan sama seperti yang ada di benaknya. Cessa jadi penasaran, tapi mengingat kendaraan siapa saja yang terparkir di sana, ia akhirnya mengedikan bahu. "Paling lagi ada acara sama temen-temen sekolahnya."

Tiga kata terakhir yang keluar dari mulutnya membuat Cessa tak suka. Bukankah mereka juga masih temannya meski sudah beda sekolah?

"Gue pulang deh kalau gitu," pamit Zian yang dibalas anggukan. Seperginya cowok itu, ia kembali melirik bangunan di depannya sebelum kemudian memasuki rumah. Cessa mendudukan badannya di sofa hingga decitan pintu membuatnya menoleh.

"Eh, non Eca udah pulang toh." Mia tersenyum hangat sambil menutup pintu dengan pelan.

"Iya," gumamnya memejamkan mata. Cessa merasa begitu lelah, ia sempat pergi ke sanggar untuk bertemu dengan kakak Adisti, membicarakan seputar jadwal melatihnya.

"Em bi?"

Mia yang sudah melangkah ke arah dapur menoleh. "Kenapa non? Mau dibuatkan sesuatu?"

Cessa tampak ragu bertanya. "Itu ... bibi abis ngapain di rumah tante Firda?"

Mia langsung paham dengan rasa penasaran gadis cantik itu. "Jadi non Eca belum tau ya kalau mas Dennis kecelakaan?"

Mata Cessa membeliak. "A-apa?"

Ia tidak salah dengar, kan?

"Iya mas Dennis kecelakaan. Tadi bu Firda minta bantuan bibi buat nyariin tukang pijit."

Cessa merasakan tenggorokannya tercekat. Perasaan khawatir menyergapnya. "Terus ... sekarang keadaannya gimana?"

"Ya gitu, tangan sama kakinya aja kena. Mas Dennis sempet dibawa ke rumah sakit, tapi langsung minta pulang, katanya gak papa. Eh pas di pijit malah teriak-teriak, si blecky sampe disebut-sebut." Wanita paruh baya itu menggelengkan kepala. Kebetulan, blecky adalah nama anjing tetangga yang terhalang tiga rumah dari kediamannya. "Duh, anak zaman sekarang bahasanya itu loh. Temen-temennya juga bukannya kasian malah ngetawain."

Cessa meringis mendengar ucapan Mia, pasti Dennis begitu kesakitan. Tsk, kenapa ia malah memikirkan cowok jahat itu sih?

"Oh ya, non Eca mau jenguk? Tadi ada non Davina sama Renata juga loh."

Hanya keheningan yang mengisi ruangan megah tersebut.

"Non?"

Terkesiap, cewek itu berdiri dari duduknya dan menjinjing tas. "Enggak deh, aku capek mau istirahat."

Wanita itu hendak membuka suara, tapi Cessa sudah berjalan cepat menuju kamarnya. Ia menyimpan tas di atas meja belajar, mengambil ponsel dari saku. Ternyata ada banyak pesan dan panggilan masuk. Cessa memang sengaja tidak membuka ponsel karena malas dengan Dennis yang terus menghubunginya.

Namun, pesan dari Davian menarik perhatian Cessa hingga mau tak mau ia membukanya.

Davian: Aden kecelakaan dkt SMA Gemilang

Davian: Dia bkan abis nemuin lo, kan?

Cessa mencengkram benda di genggamannya. Ia tidak tahu kalau Dennis kecelakaan setelah menemuinya.

***

Hal yang paling Dennis syukuri adalah Tuhan masih memberinya kesempatan melihat dunia. Tadinya, Dennis sudah pasrah dengan kematian yang menjemputnya. Namun, bayangan kedua orang tuanya, Ratuna juga ... Cessa yang muncul bergantian, membuat cowok itu ingin bertahan lebih lama.

Dennis dengan sekuat tenaga membanting stir saat kendaraan miliknya berjarak kurang satu meter dari mobil di depannya. Meski akhirnya motornya menabrak pembatas jalan. Ia masih sadarkan diri saat itu, Dennis dapat melihat mobil tadi menabrak tiang dengan bagian depan yang ringsek serta pengemudi yang terluka parah.

Cowok itu memang sedang tidak fokus karena penolakan Cessa, tapi si pemilik mobil jelas lebih salah karena tiba-tiba menyalip truk padahal jelas-jelas ada kendaraan lain di arah berlawanan. Beruntung hanya dirinya yang menjadi korban.

"Gue masih mau ketawa aja inget Aden teriak-teriak tadi."

Suara Lino yang sejak tadi berusaha ia abaikan ternyata semakin lama membuatnya geram. Tidak hanya cowok itu, bahkan Davian yang paling kalem ikut mentertawakannya. Beruntung dua sahabat Cessa sudah pamit duluan meski tadi sempat melemparkan tatapan penuh ledekan.

"Iya, No. Gue nyesel banget kenapa gak gue rekam tadi." Diran terkekeh, melirik Lino yang merangkulnya. "Eh gimana sih tadi teriakannya?"

"Gini nih," Lino mendudukan badannya di tempat tidur dengan wajah dibuat semengenaskan mungkin. "Argh tangan gue, sakit anying! Blecky sialan!"

Lihat selengkapnya