Sweet Ambition

Akira Tan
Chapter #28

Bagian 27

Tunggu aku, sebentar saja. Sedikit lagi.

***

Cewek itu keluar dari sanggar setelah memastikan semua anak-anak pulang. Kebetulan hari ini jadwalnya melatih.

Cessa menghidupkan ponselnya yang dimatikan sejak pagi. Sengaja ia melakukan itu untuk menghindari Dennis dan Caka. Bahkan dirinya pulang lewat pintu samping sekolah karena di gerbang depan ada Caka dan Dennis yang sudah menunggunya.

Cessa hendak memesan kendaraan online ketika sebuah suara mengejutkannya. Ponsel digenggamannya hampir terlepas.

"E-elo ... gimana bisa-" Cessa tidak pernah memberi tahu Caka tentang dirinya yang menjadi pelatih di sanggar.

"Mata-mata gue banyak kalau lo gak lupa," ucap cowok menyeringai. "Jadi, ke manapun pergi, gue akan selalu berhasil nemuin lo."

"Gue harus cepet pulang." Cessa berusaha bersikap tenang, pura-pura membenarkan letak tasnya dan berjalan melewati cowok itu. Akan tetapi Caka menahan lengannya. "Lo gak lupa 'kan apa yang gue bilang kemarin?"

Tentu saja ia ingat, Caka mengajak hangout. Masalahnya Cessa tidak nyaman karena teman-teman cowok itu selalu menatapnya berbeda.

"Ini udah sore, mama pasti nyariin," ucapnya beralasan.

"Gue udah telepon mama lo dan dia seneng banget saat gue bilang mau ajak lo jalan-jalan."

Dan gue yang gak seneng! Teriak Cessa dalam hati.

"Gue capek Cak, jangan sekarang." Penolakan yang diberikan malah membuatnya meringis. Caka mencengkram lengannya.

"Gue gak nerima alesan apapun!" ujar cowok itu penuh penekanan. Tak tahan dengan rasa sakit di tangannya, Cessa mencoba berontak. Kulitnya pasti memerah lagi atau lecet seperti yang sudah-sudah.

"Kalau mama tau gimana kasarnya elo, dia mungkin-"

"Diem! Gak usah banyak omong!" bentak Caka membuatnya berjengkit. Jujur saja, Cessa selalu merasa ketakutaan setiap cowok di depannya marah, tapi ia berusaha menyembunyikannya atau Caka akan semakin merasa berkuasa jika ia terlihat lemah.

"Mau lo apa sih Cak? Gue selalu berusaha ngikutin apa mau lo, tapi lo ...," Cessa berusaha menahan getaran dalam nada suaranya. "Bisa gak sih, lo gak perlakuin gue seenaknya?"

"Jadi lo mau gue bersikap lembut?" Caka menarik tubuhnya hingga jarak keduanya lebih dekat. Hal tersebut membuat Cessa was-was dan mendorong dada cowok itu. "Menjauh, Caka!"

Caka tersenyum miring. "Gue suka ngeliat lo ketakutan kayak gini."

"A-apa mau lo sebenernya? Gue tau lo gak suka sama gue," ucap Cessa masih dengan usahanya membuat Caka menjauh.

"Siapa bilang?" Caka balik bertanya. "Kalau gue gak suka sama lo, gue gak bakal terima pertunangan ini."

"Itu karena lo takut gak dapet apa-apa!" sahutnya hingga Caka tertawa. "Ini yang buat gue tertarik. Lo beda dari cewek-cewek gue Cessara."

Cessa berdecih, muak dengan tingkah tunangannya. "Karena gue gak sebodoh mereka yang gak bisa bedain, mana cowok brengsek dan enggak!"

Caka lagi-lagi tertawa dan menyentuh wajahnya.

"Turunin tangan lo, jangan kurang ajar!" teriak Cessa yang terus berontak. Sedangkan cowok itu malah menyeringai, semakin mendekatkan wajah. Sekuat tenaga ia menginjak kaki Caka dan menampar wajahnya.

"Sialan! Berani-beraninya ya lo!" Rahang Caka mengeras. Belum sempat menghindar, cowok itu sudah menariknya dan mengayunkan tangan, refleks Cessa memalingkan wajah, menggunakan lengan sebagai bentuk perlindungan.

Beberapa detik kemudian suara pukulan terdengar. Namun, Cessa tidak merasakan apapun. Takut-takut ia mendongkak, kemudian membeliakan mata mendapati punggung tak asing yang melindunginya. Sosok yang membuat Cessa tanpa sadar meloloskan nafas lega.

"Wah ... ternyata selingkuhannya dateng." Caka mengusap bekas pukulan di rahangnya. Tatapan penuh permusuhan dilayangkan pada cowok yang balik menatap sengit.

"Dia bukan tukang selingkuh kayak lo," balas Dennis tajam. Rasanya Cessa ingin berteriak meminta bantuan. Kelegaannya hanya berlangsung sejenak, ia mulai merasakan suasana mencekam.

Meenarik kaos belakang Dennis, ia berucap pelan, "Udah, jangan diladenin."

Dennis tertegun mendengar nada lirih tersebut, melirik cewek itu sekilas dan kembali menatap rivalnya.

Lihat selengkapnya