Sweet Ambition

Akira Tan
Chapter #31

Bagian 30

Ingin sekali kukatakan, "Tolong, tunggu aku barang sejenak. Jangan merasa lelah dulu."

***

Dennis memandangi keindahan alam di hadapannya. Setelah berhasil mengabadikan lewat kamera slr, ia melirik pada sosok yang berdiri beberapa meter darinya. Cewek itu tampak antusias memindai pemandangan sekitar dengan sesekali mengambil gambar atau berselfie bersama yang lain.

Menghela nafas dalam, ia menatap kepulan asap yang berasal dari kawah di bawah sana. Kebetulan setelah mengelilingi beberapa tempat wisata di kota Bandung, tempat terakhir yang mereka kunjungi adalah tempat wisata gunung Tangkuban Perahu. Dan di sinilah Dennis sekarang, salah satu kawah yang paling terkenal dan terbesar, kawah Ratu.

"Galau nih anak satu."

Dennis melirik sekilas pada Lino yang merangkulnya. Sedangkan Diran berdiri di sebelah kanannya mengajak berfoto. Dennis melengos, ia hanya ingin mengabadikan keindahan sekitar bersama pujaan hatinya, tapi Cessa terus menghindarinya. Bahkan saat di boncengan, Cessa tak bisa diajak bicara.

"No, Dir, kalau gue ngancem mau lompat ke bawah gimana, Cessa kira-kira bakal terima gue gak?" tanya Dennis menyangga kedua tangannya pada pagar pembatas.

"Sinting!" Lino menggelengkan kepala, tidak menyangka Dennis akan jadi sebucin itu.

"Gue punya temen beneran udah gak waras!" timpal Diran.

Dennis mengusap wajahnya kasar, tampak frustasi. "Terus gue harus gimana lagi? Babak belur udah, jatuh dari motor udah. Lagian gue juga gak bakal bener-bener lompat kali. Gue masih sayang nyawa gue."

Kedua cowok di dekatnya berdecih bersamaan.

"Heh! Kalau Cessa gak peduli dan malah nyuruh lompat gimana?" tanya Diran membuatnya refleks menatap ke bawah lalu bergidik ngeri.

"Masa dia tega? Katanya masih ada rasa sama gue." Dennis bergumam dengan raut menyedihkan. "Gue harus apa dong?"

Mereka tampak berpikir dalam sebelum kemudian Lino beranjak untuk menghampiri Davian yang memperhatikan kelakuan Davina bersama dua sahabatnya. Mereka sejak tadi tidak selesai-selesai berfoto. Masalahnya ponsel yang adiknya gunakan adalah miliknya. Davina bilang memori di ponselnya penuh.

Entah apa yang Lino bicarakan karena Davian langsung melirik Dennis. Cowok itu menganggukan kepala lalu mendekati sang adik dan merebut ponselnya. Dennis baru hendak bertanya ketika Lino sudah bersuara.

"Yok foto dulu semuanya!" Ajakan tersebut membuatnya melirik sahabatnya yang tersenyum miring. Davian menarik Cessa ke sebelah Dennis hingga cewek itu terkejut, hendak beranjak, tapi Renata segera menahan lengannya. "Lo di sini aja, deketan sama gue."

Menghela nafas, Cessa tak jadi pergi. Mereka mengambil foto menggunakan kamera Dennis dan meminta bantuan wisatawan lain untuk mengambil gambar.

"Rangkulan oy!" seru Diran yang langsung mendapat tanggapan dari Davina. "Lo pikir ini foto buat club bola?"

"Udah deh, nurut aja kenapa sih?" Diran mencubit lengan cewek itu hingga meringis.

Cessa yang dapat membaca rencana mereka hanya mampu menahan nafas saat tangan Dennis sudah berada di pundaknya.

"Senyum Ces, biar keliatan cantik!" celetuk Lino membuat Cessa memutar bola matanya. Ia benar-benar tidak nyaman. Bagaimana jika Dennis mendengar detakan keras di jantungnya?

"Sekarang gaya bebas!"

"Candid dong, candid!"

"Bilang A bareng-bareng!"

"Aaaaa!"

"Bilang U!"

"Uuuu!"

"Eh ini gak bakal ganti posisi?"

"Enggak!!"

"Eh udah dong! Itu kasian si mas gantengnya." Renata langsung mendapat sorakan dan toyoran di kepala karena masih saja genit, padahal ada Diran di sebelahnya. Wajah cowok itu berubah bete.

Cessa pikir ia sudah bisa bernafas lega, tapi ucapan Lino membuatnya menggeram.

"Eh Den, perasaan cuma lo aja yang belum foto bareng Cessa." Lino menarik tangan keduanya, lalu melirik Davian yang bersiap mengabadikan gambar.

"Deketan dong kayak lagi musuhan aja sih!" sindir Diran dengan senyuman menggoda.

"Rangkul dong Cessanya," tambah Radit hingga Cessa akhirnya protes. "Rangkulan 'kan udah!"

"Kan tadi mah barengan, udah deh lo diem aja. Pasang senyum yang cantik." Entah sejak kapan Renata menjadi pendukung Dennis.

"Senyum," bisikan seseorang di sebelahnya membuat Cessa mendongkak. Dennis tengah memandangnya sembari tersenyum tipis. Hal tersebut membuat sesuatu dalam dadanya berdesir hangat. Sungguh, leher Cessa kini sulit digerakan. Niatnya untuk memalingkan muka gagal sudah.

Hingga akhirnya blits dari kamera membuatnya tersentak. Cessa mendorong cowok itu, tampak salah tingkah. Jangan tanya para sahabatnya yang ikut mesem-mesem melihat keduanya.

"Wah bagus banget nih posenya, kayak lagi prawedding," kikik Renata membuat yang lain ikut melengokan kepala penasaran.

"Ya ampun kembaran gue tersayang, ternyata punya bakat juga jadi fotografer." Davina menanggapi dengan antusias. Mereka terus berceloteh, mengabaikan Cessa yang wajahnya sudah memanas.

"Cessa nih malu-malu mau." Radit melemparkan tatapan tatapan menggodanya. "Sini deh kalian, gak penasaran sama hasil gambarnya?"

Terdengar kekehan dari cowok di sebelahnya. Cessa menghembuskan nafas untuk menghilangkan perasaan groginya, kemudian melirik sembunyi-sembunyi Dennis. Cowok itu sedang memperhatikan para sahabatnya sambil tersenyum kecil.

Lihat selengkapnya