Sweet Ambition

Akira Tan
Chapter #32

Bagian 31

Jika dengan berhenti bisa meringankan bebanmu, maka akan aku lakukan.

***

Keduanya duduk bersebelahan. Para sahabatnya sengaja memberikan waktu untuk bicara, memilih menjaga jarak.

Lima menit sudah berlalu, tak ada yang mau memulai pembicaraan. Cessa menghembuskan nafas, menatap langit malam yang penuh bintang.

"Jadi, apa yang mau lo bicarain?" tanyanya menyerah. Bisa-bisa sampai tengah malam mereka tetap seperti ini.

Dennis menunduk sejenak lalu menatapnya. "Menurut lo, berapa persentasenya?"

Cessa mengernyit bingung hingga cowok itu menambahkan kalimat yang membuatnya terpengkur. "Kesempatan gue buat dapetin lo. Berapa persen, Ca?"

Cewek itu menatap jemarinya yang saling bertaut. Andai tidak terjebak keadaan, ia tidak perlu berpikir keras untuk mengatakan seratus persen.

"Atau gak ada kesempatan sama sekali?" Dennis kembali mengajukan pertanyaan baru. "Papa bilang, gue harus belajar yang rajin jangan pacaran dulu. Tapi gimana kalau gue cinta sama lo?"

Mata Cessa memanas, berusaha untuk tak berkedip. Tahu cewek itu takan menjawab, ia mendesah pelan. Dennis melirik ke arah para sahabatnya yang sedang bernyanyi lalu meraih tangan Cessa hingga sang pemilik terkesiap.

"Gue bakal nunggu sampai lo dengan suka rela datang ke gue, Ca."

"Jangan!" cegah cewek itu membuat Dennis mengernyit. "Jangan buat hidup lo sia-sia."

Dennis tersenyum. Melihat Cessa yang membalas ucapannya tanpa raut kesal cukup membahagiakan.

"Kalau misal gue mutusin berhenti dan nyari cewek lain, apa lo rela?"

Cessa merasakan tenggorokannya tercekat. Apa ia bisa membiarkan Dennis bersama cewek lain? Tanpa gangguannya seperti dulu mungkin dengan mudah Dennis dapat menemukan penggantinya

"Jangan." Cessa berusaha menyembunyikan getaran dalam nada suaranya. Ia menatap cowok itu lekat, ada banyak kesedihan di sana. "Jangan lakuin itu kalau akhirnya lo bakal nyakitin mereka." Terutama gue.

Mendengkus, Dennis tidak sebuta itu untuk melihat luka di mata Cessa. Ia mengusap jemari di genggamannya. "Kenapa lo gak bisa jujur sama hati lo sih, Ca?"

Cessa menunduk dalam.

"Kenapa lo terlalu maksain diri?" tambah Dennis lagi. Tidak ada respon apapun, tapi ia dapat melihat pundak cewek itu yang bergetar hingga ... sesuatu menetes ke punggung tangannya. Dada Dennis terasa nyeri seketika.

Menghela nafas berat, Dennis beralih meraih kepala Cessa dan menyandarkan ke bahunya. Tak ada pemberontakan sama sekali.

"Be-berhenti. Ja-ngan bikin g-gue bimbang," ucap Cessa, terisak.

"Maaf." Hanya itu yang mampu Dennis ucapkan. Tersadar selama ini dirinya terlalu memaksakan kehendaknya.

"Gue juga g-gak mau kayak gini," gagu Cessa. "Ta-tapi hiks, gue b-bisa apa? L-lo pikir gue gak capek?"

Dennis mengumpat dalam hati. Selama ini hanya mementingkan dirinya tanpa memikirkan perasaan cewek itu.

"Maaf, Ca." Dennis menepuk bahu Cessa yang tersedu dalam rangkulannya. "Setelah ini gue gak bakal maksa lo lagi, tapi lo jangan kayak gini, gue ikut sakit liatnya."

Cessa berusaha menghentikan tangisnya. Dibantu Dennis yang kini mengusap kepalanya hingga tangis cewek itu mulai reda.

"Gue gak bakal ungkit itu lagi Ca, asal lo berhenti hindarin gue. Kita bisa temenan kayak yang lain, kan?" tanya Dennis dengan berat. Ia akan mengalah karna keegoisan hanya akan membuat cewek itu semakin jauh.

***

Cessa membuktikan janjinya untuk sudah tidak menghindari Dennis lagi. Keduanya sudah saling bicara meski begitu singkat. Bahkan Cessa tidak menolak saat disuruh pulang bersama cowok itu.

Dennis juga lebih pendiam karena tidak ingin membuat Cessa tak nyaman. Sudah cukup air mata cewek itu semalam yang membuktikan betapa ia terbebani.

Kendaraan Dennis berhenti karena mereka telah sampai. Melihat sesuatu, Cessa membeliak dan langsung lompat dari boncengan. Hal tersebut membuat Dennis refleks berteriak. "Bisa gak sih pelan-pelan? Kalau jatuh gimana?"

Jika Dennis panik karena tingkah cewek itu, berbeda dengan Cessa yang panik mendapati keberadaan orang tuanya di teras rumah. Ia harap tidak terjadi adegan dalam sinetron, di mana mereka memarahi Dennis dan memaksanya masuk rumah.

"Ca?"

Cessa berjengkit, menghempaskan tangan Dennis yang mendarat di bahunya. Raut kecewa cowok itu membuatnya dilanda bersalah. "Sorry, ada mama sama papa."

Lihat selengkapnya