Sweet Ambition

Akira Tan
Chapter #33

Bagian 32

Jangan pernah mengatakan bahwa kamu lelah

***

"Lo yakin gak papa gue tinggal?"

Cessa menatap malas pada cowok di depannya yang mengajukan pertanyaan sama untuk kesekian.

"Iya Ziandra, iya. Udah sana!" usirnya pada Zian yang akhirnya menyerah, meninggalkannya sendirian. Cessa tahu, cowok itu memaksakan diri mengantarnya dan meminta Adisti menunggu di sekolah. Mereka hendak pergi ke perpustakaan daerah.

Setelah menarik nafas dan mengembuskannya, Cessa mendekati bangunan yang hampir dua tahun pernah ditempatinya. Beberapa siswa sempat terkejut mendapati keberadaanya. Ada beberapa yang menyapanya meski banyak yang hanya melemparkan senyum canggung.

Cessa datang ke Gemilang setelah mengetahui dari Radit, kalau Dennis belum pulang karena sedang piket. Padahal ia bisa menemui cowok itu di rumahnya. Cinta memang membuat seseorang menjadi bodoh.

"Cessa?"

Merasa ada yang memanggilnya, ia mendongkak. Matanya melebar mendapati sosok yang pernah dijahatinya. Leana melemparkan senyum padanya.

"Hai! Apa kabar?"

Mengerjap, ia balas tersenyum. "Hm baik."

Cewek di depannya semakin cantik saja. Kacamata bulat yang biasa bertengger manis di hidungnya berganti dengan softlens. Tiba-tiba ia merasa cemas. Bagaimana kalau Dennis kembali menjadikan Lea incarannya?

"Mau ketemu Aden?" tebak Lea dengan tepat. Kernyitan di dahinya membuat cewek itu terkekeh. "Aden beberapa kali unggah foto lo di instagramnya. Lagian gue liat Vivin sama Rere udah pulang sejak tadi."

Cessa tidak ada alasan buat mengelak.

"Oh ya, Ces. Gue minta maaf," ucapnya tersenyum tulus.

"Buat?" tanya Cessa berpura-pura tak paham.

"Karena udah buat kaki lo sakit sampai hancurin mimpi lo. Juga buat gosip itu, gue gak tau kalau temen gue bakal sebarin. Sorry banget, Ces. Gue selalu menyesalinya, tapi terlalu pengecut untuk minta maaf."

Cessa merasakan ada yang memukul dadanya keras. Harusnya Cessa yang minta maaf karena dirinya yang sejak awal mencari gara-gara. Selama ini ia menjalani hidupnya tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Gue yang harusnya minta maaf." Akhirnya kalimat itu lolos dari bibirnya. Lea tersenyum simpul. "Gue udah maafin lo."

"Gue juga. Jangan ngerasa bersalah lagi karena penyebab semua itu terjadi adalah gue. Lo bisa tenang sekarang."

Cewek itu menghembuskan nafas lega. "Makasih banget, Ces. Kalau gitu gue duluan ya?"

Cessa mengangguk, membiarkan Lea berlalu bersama cowok yang merupakan kakak kelasnya. Pacarnya mungkin?

Lima belas menit sudah berlalu. Cessa menghentakan kakinya, mulai bosan. Ia jadi ragu kalau Dennis masih berada di sekolah.

Deru kendaraan membuatnya mendongkak. Akhirnya sosok yang dinanti datang juga. Rasa cemas tiba-tiba menggerogotinya, apalagi saat cowok itu berhenti di depannya.

"Ngapain di sini?"

Cessa tidak tahu kenapa dirinya jadi sulit menjawab pertanyaan tersebut. "Em gu-gue ...."

"Mau ketemu Davina sama Rere?" potong Dennis. Mengerjap, Cessa mengangguk kaku. 

"Vivin sama Davian udah pulang katanya ada acara keluarga, terus Renata juga sama Diran gak tau mau ke mana," jelasnya membuat Cessa meringis. Jangan sampai cowok itu mengetahui kebohongannya.

"Mereka gak bilang sama lo?"

"P-ponsel gue mati," jawabnya tergagu.

Dennis mengangguk, terdiam sejenak sebelum kembali meliriknya. Dengan ragu cowok itu bertanya, "Mau ... pulang bareng?"

Cessa hampir mengangguk, tapi ia menahan diri. Berakhir memberikan gelengan kepala. "Enggak usah."

"Terus mau pulang sama siapa?" Dennis berusaha tidak memaksa. Sedangkan cewek itu tampak berpikir keras, mencari jawaban. "Samudera?"

Dennis mendelik tak suka. Jelas merasa cemburu. "Dia mungkin udah pulang," ucap cowok itu setelah menundukan bara panas dalam dadanya. "Kenapa lo kayak gak mau banget pulang sama gue?"

Cessa tergagu. Apalagi saat mendapati wajah memerah Dennis. Tanpa berkata apapun, Cessa langsung mendudukan diri di boncengan hingga cowok itu terkesiap. "Ayo pulang!"

"Ca?"

"Kalau gak mau gue dianter cowok lain, cepet jalanin motornya." Cessa berucap tanpa menatap Dennis. Ia merasa grogi.

Dennis mengangguk, menjalankan kendaraannya, mengabaikan kebingungan atas sikap aneh Cessa. Tak ada pembicaraan lagi hingga mereka memasuki rumah masing-masing.

Tidak ada kiriman chat seperti biasa. Jelas Dennis sengaja membuat jarak agar cewek itu merasa nyaman. Sedangkan Cessa ... terlalu malu untuk datang pada Dennis.

***

Lihat selengkapnya