Sweet Ambition

Akira Tan
Chapter #36

Bagian 35

Masa yang penuh harapan itu telah tiba

***

"Cuma bohong dikit, masa marahnya lama banget?"

Cessa berdecak. Sepanjang perjalanan sepulang dari sekolah Dennis terus saja meminta maaf sampai ia bosan mendengarnya. "Mau sedikit atau banyak aku gak suka, Radennis."

"Ya udah makanya maaf," timpal cowok itu. "Aku cuma gak mau kamu khawatir."

"Hh, lain kali gak usah anterin aku ke sekolah kalau kayak tadi lagi." Ancaman Cessa membuatnya panik. Salahnya memang yang sengaja mengantar cewek itu dengan melajukan motornya pelan. Ingin berlama-lama. Akhirnya ia sendiri terlambat masuk sekolah dan mendapat hukuman.

"Iya gak akan. Jadi dimaafin, kan?" tanyanya dengan raut sedih. Cessa menghembuskan nafasnya kasar lalu mengangguk. Seketika raut muram cowok di depannya berubah cerah.

"Makasih sayang!"

Cessa berdecih dan memalingkan muka untuk menyembunyikan wajahnya yang merona. Cowok itu dari kemarin terus saja bersikap romantis, ia yang belum terbiasa jadinya salah tingkah.

Dennis yang melihat itu, semakin gencar menggodanya. "Jangan salting gitu dong sayang."

"Apa sih sayang-sayang terus? Geli tau gak?" Cessa berpura-pura sibuk membenarkan tali ranselnya. Terkekeh, Dennis mengacak rambut cewek di depannya dengan gemas. "Ucul banget, pacarnya siapa sih kamu?"

"Radennis ih! Jangan diacak-acak," sebal Cessa berusaha melepaskan tangan Dennis dari kepalanya, tapi gagal.

"Ya udah aku rapihin lagi." Dennis menggunakan dua tangan untuk merapikan rambutnya. Cessa yang sempat sebal mendongkak, memandangi cowok itu yang tampak serius. Perasaan hangat menjalari dadanya.

"Sore ini ada latihan?" Dennis menurunkan satu tangan ke bahunya, menundukan wajah hingga tatapan mereka beradu. Cessa balas menggeleng. "Udah di sekolah, pas jamkos."

Cowok itu mengangguk, kedua sudut bibirnya terangkat.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Cessa berusaha bersikap biasa. Padahal jantungnya sudah gonjang ganjing.

"Seneng." Dennis menjawab singkat. Sebelah tangannya mengusap rambut Cessa dengan tatapan penuh sayang. "Perjalanan kita masih jauh, Ca. Aku harap kita bakal sama-sama terus."

Cessa juga memiliki keinginan yang sama. Meski tidak tahu apa yang terjadi beberapa tahun ke depan, setidaknya ia berharap mereka akan tetap seperti ini. Tidak adalagi bermusuhan dan saling menjauh.

"Ekhem!"

Keduanya menoleh. Firda dan Ratuna sudah berdiri tak jauh darinya sambil membawa barang belanjaan. Bahkan sang adik masih mengenakan seragam putih birunya. Dennis segera menurunkan tangan.

"Ngapain?" Pertanyaan mamanya membuat Dennis menatap Cessa.

"Pacaran, ma-aduh!" Cowok itu mengaduh karena Cessa memukul lengannya. "Kok dipukul sih?" bisiknya.

Cessa berdecak, ketika mengarahkan tatapan pada Firda, ia tersenyum malu. "Si-siang tante!"

"Siang juga! Kenapa malah ngobrol di pinggir jalan?" tanya sang mama yang terdengar seperti sebuah sindiran.

Melihat Cessa yang tampak kikuk, Dennis berusaha mengalihkan perhatian. "Ma abis belanja ya?"

"Keliatan banget lagi ngalihin pembicaraan," celetuk Una yang sejak tadi hanya memperhatikan mereka. Dennis menatap tajam sang adik yang malah balas memberikan tatapan meledek.

Lihat selengkapnya