Musim gugur tahun 2023; Pusat Penelitian Penyakit Otak, Göttingen, Jerman
Tatapan itu masih sama, hanya berubah sendu. Lingkar hitam bak mata panda mewarnai setiap sudutnya, melingkar sempurna sebagai jejak kurang tidur. Emily menghela napas pendek, petunjuk lelah.
Di hadapannya, Gibran tak berkutik. Pria itu hanya mampu duduk diam, menatap iba sekaligus berharap maaf. Tak ada kata yang mampu diucapnya. Pertemuan hari itu terlalu sulit dicerna. Logikanya mendadak tumpul.
“Hi[1],” Emily membuka suara, lirih.
“Hi,” balas Gibran.
“Apa yang kau pikirkan?”
“Nothing[2].”
“Lalu kenapa diam?”
Gibran kembali mengunci mulut. Otaknya berpikir keras. Ini benar-benar canggung!
“What are you doing here[3]?” tanya Gibran hati-hati.
“Die[4].”
Gibran menelan ludah. Jawaban Emily barusan terasa menohok dada.
“Siapa pun yang datang ke sub divisi ini,” lanjut Emily, “Adalah mereka yang akan segera mati. Siap atau tidak, suka atau tidak suka.”
“Don’t say that[5].”