Sweet Misfortune

Mizan Publishing
Chapter #3

Sesuatu yang hilang darimu sebentar lagi akan kembali

Sesuatu yang hilang darimu sebentar lagi akan kembali, tapi ada beberapa hal yang sebaiknya tetap hilang.

21 September 2009

Toko Sophie terletak di sebuah lahan retail kecil di Commerce Avenue, ditandai oleh papan nikel kusam halus yang menonjol secara horizontal dari bangunan yang berada tepat di atas pintu masuk depan. Huruf-hurufnya yang diukir dengan laser bertuliskan, Chocolat’ de Soph, dan diikuti oleh huruf sambung yang lebih kecil di bawahnya; Permen Hati.

Interior tokonya sengaja menyasar pasar kelas atas. Beberapa lukisan postmodern berukuran besar tergantung di dinding dalam berbagai ketinggian dan sudut, pola aneka warna di dalamnya menyediakan visual menarik di atas panel hitam mengilap dan tepian baja antinoda yang berfungsi untuk membuat dekorasi kontemporer yang bersih itu tidak terlihat membosankan. Empat wadah kristal Austria terletak di atas sebuah lemari pajang yang terbuat dari kaca berhias; wadah-wadah itu nantinya akan dipakai untuk menampung contoh fudge gratis yang baru dibuat hari itu. Meja-meja granit yang serasi, masing-masing ditopang oleh sebuah alas besi tempa kukuh, berdiri di sudut-sudut seberang dekat jendela menjorok yang dicat. Semua meja dan bangku bar itu menyediakan ruang sekaligus suasana bagi para pelanggan yang ingin duduk dan menikmati segelas minuman hangat sambil mengudap kreasi cokelat Sophie yang lezat.

Jam-jam pagi hari berlalu seperti biasanya, diisi oleh Sophie yang tanpa bersuara sibuk melakukan satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Ada kacang yang harus dicincang, cetakan yang harus diisi, mentega yang harus dilelehkan, tepung-tepung yang harus dicampur, krim yang harus diaduk, cairan yang harus ditakar, pemanis yang harus ditambahkan, dan seribu pekerjaan lain yang harus diselesaikan sebelum pintu toko dibuka pada jam sepuluh. Selain melakukan semua itu, Sophie harus memastikan Evalynn jauh-jauh dari bola-bola selai kacang yang ada di dalam lemari es sampai semua bola-bola itu cukup padat untuk dicelupkan.

Evalynn, peran sertanya, menawarkan bantuan yang tidak terlalu kentara. Sebagian besar usahanya dihabiskan untuk mencolek berbagai krim cokelat untuk menentukan mana yang lebih disukainya. Sophie tidak keberatan. Meskipun lebih senang kalau bisa merenung sendirian, Sophie menghargai niat temannya; kehadiran Evi saja sudah membantu meringankan beban emosionalnya yang berat.

Pada pukul setengah sepuluh, saat hampir semuanya sudah siap, Sophie mengambil sebuah pulpen dan beberapa lembar kertas mungil dari kantor kecil yang menghubungkan area dapur yang terletak di bagian belakang bangunan dan duduk untuk melengkapi persiapan paginya. Menuliskan ramalan unik merupakan bagian kesukaannya dalam pekerjaan ini, dan mungkin inilah alasan utama bisnis mapannya bisa terus bertahan di tengah ekonomi yang melambat.

“Ada tema spesifik hari ini?” tanya Evalynn.

“Tidak,” Sophie mengetuk-ngetukkan pulpen di bibirnya sambil memikirkan apa yang akan ditulisnya.

“Kau membidik kekecewaan ringan, atau sakit hati besar-besaran?”

Sophie mendongak, terlihat kesal. “Ssst. Tidak keduanya. Tujuannya adalah kenyataan, tidak lebih.”

Evi menahan tawa. “Kenyataanmu, atau kenyataanku?”

“Hentikan.”

Lihat selengkapnya